Guyv7L2vSNhTu9NNIC4AGodmAsDGZpqzql8qRx1N
Bookmark

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

kata-kata sufi, kata-kata sufi ali bin abi thalib, kata-kata sufi ali bin abi thalib dalam bahasa arab dan bahasa indonesia,

Halo! Apakah Anda sedang mencari penjelasan tentang kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia? Jika jawaban Anda adalah "Iya", selamat! Sekarang Anda sedang membaca artikel yang tepat. Jadi, Anda harus  membacanya sampai selesai!

Biografi Ali bin Abi Thalib

Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut tentang kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia, terlebih dahulu saya akan menjelaskan sedikit biografi Ali bin Abi Thalib. Saya ingin Anda memahami itu terlebih dahulu agar Anda memiliki sedikit gambaran tentang tokoh agung yang sedang kita bahasa pada artikel ini.

Ali bin Abi Thalib adalah putra keempat Abu Thalib. Selain merupakan salah satu Sahabat agung, dia juga termasuk salah satu menantu Nabi Muhammad Saw..

Ali bin Abi Thalib adalah khalifah keempat dalam sejarah pemerintahan Islam menggantikan Utsman bin Affan. Ada banyak hal penting tentang itu yang tidak bisa saya jelaskan pada artikel ini, karena tidak ada kaitannnya dengan topik utama dalam pembahasan ini. Yang pasti, dia adalah salah satu sosok muslim ideal yang hidup pada masa Nabi Muhammad dan pembesar pada Sahabat yang lain.

Muhammad Abdurrauf al-Munawi dalam bukunya yang berjudul "Al-Kawâkib ad-Durriyyah fî Tarâjumi as-Sâdah ash-Shufiyyah" mengkategorikan Ali bin Abi Thalib sebagai salah satu tokoh sufi agung generasi pertama. Dia (Ali bin Abi Thalib) adalah salah satu sosok muslim seutuhnya. Kehidupannya dipenuhi dengan ibadah dan amal-amal baik lainnya. Dia menjalani kehidupan secara zuhud.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

kata-kata sufi, kata-kata sufi ali bin abi thalib, kata-kata sufi ali bin abi thalib dalam bahasa arab dan bahasa indonesia,

Ada banyak kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib. Tentunya, saya tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. Pada artikel ini, saya hanya akan menjelaskan beberapa kata-kat sufinya saja.

Adapun beberapa kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang saya maksud adalah sebagai berikut:

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Amal

Amal adalah salah satu hal yang sangat perlu diperhatikan kaum muslim. Jika amal mereka baik, maka mereka akan mendapat pahala. Tapi jika amal mereka buruk, maka mereka akan mendapatkan akibat fatal.

Dalam Islam, ada dua kemungkinan terkaita amal baik: diterima atau ditolak. Dalam tasawuf, ada banyak anjuran agar kaum muslim selalu berusaha agar amal baik mereka diterima Allah. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

كُوْنُوْا لِقَبُوْلِ الْعَمَلِ أَشَدَّ اهْتِمَامًا مِنْكُمْ بِالْعَمَلِ , فَإِنَّهُ لَنْ يَقِلَّ عَمَلٌ مَعَ التَّقْوَى

Jadilah orang yang sangat memperhatikan diterimanya amal dengan amal (ketakwaan). Sesungguhnya suatu amal yang disertai ketakwaan tidak akan berkurang.

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib menganjurkan agar kaum muslim selalu berusaha agar Allah menerima amal baik mereka. Sebagai contoh, bersedekah adalah salah satu amal baik. Jika mereka telah bersedekah, maka mereka harus selalu berusaha agar Allah menerima itu. Salah satunya adalah dengan bedoa agar Allah menerima itu. Itulah yang dimaksud memperhatikan amal dengan alam (ketakwaan).

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Hakikat Kebaikan

Banyak orang menganggap bahwa jika memiliki banyak harta, anak, rumah, mobil adalah kebaikan. Secara materi, itu memang benar. Tapi kebaikan dalam Islam, khususnya tasawuf, tidak seperti itu.

Ada banyak penjelasan tentang hakikat kebaikan dalam Islam, khususnya tasawuf. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

لَيْسَ الْخَيْرُ أَنْ يُكْثُرَ مَالُكَ وَوَلَدُكَ , بَلْ أَنْ يَكْثُرَ عِلْمُكَ وَيَعْظُمُ حِلْمُكَ

Bukanlah suatu kebaikan jika harta dan anakmu banyak. Tapi kebaikan adalah jika ilmumu banyak dan sifat murah hatimu besar.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abi bin Abi Thalib menjelaskan bahwa kebaikan sejati bukanlah memiliki banyak hal yang bersifat materi. Tapi kebaikan atau hakikat kebaikan adalah memiliki banyak ilmu yang digunakan untuk kebaikan dan memiliki sifat murah hati. Itulah kebaikan dalam Islam, khususnya tasawuf.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Tips Menjadi Muslim yang Baik

Ada banyak penjelasan tentang cara menjadi muslim yang baik. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

احْفَظُوْا عَنِّي : لَا يَرْجُو عَبْدٌ إِلَّا رَبَّهُ , وَلَا يَخَافُ إِلَّا ذَنْبَكُ , وَلَايَسْتَحِى جَاهِلٌ أَنْ يَسْأَلَ عَمَّا لَا يَعْلَمُ , وَلَا يَسْتَحِى عَالِمٌ إِذَا سُئِلَ عَمَّا لَا يَعْلَمُ أَنْ يَقُوْلَ : اللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ

Jagalah nasehatku, "Hendaklah seorang hamba tidak berharap kecuali kepada Tuhannya dan tidak khawatir kecuali pada dosanya. Hendaklah orang bodoh tidak malu bertanya tentang sesuatu yang tidak dia ketahui. Hendaklah orang lain tidak malu mengatakan, "Allah Taala lebih tahu" ketika ditanya sesuatu yang tidak dia ketahui."

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib menjelaskan beberapa tips menjadi muslim yang baik:

  1. Hanya berharap kepada Allah, bukan yang lain.
  2. Hanya mengkhawatirkan dosanya sendiri, bukan yang lain.
  3. Tidak malu bertanya ketika tidak memahami sesuatu.
  4. Tidak malu mengakui bahwa kita tidak tahu.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Perumpamaan Dunia

Banyak orang terlena dengan kehidupan dunia. Demikian pula, kaum muslim. Mereka melakukan banyak hal untuk mendapatkan semua yang mereka inginkan. Mirisnya, mereka tidak segan-segan melakukan sesuatu yang dilarang dalam Islam.

Dalam tasawuf, ada banyak penjelasan tentang perumpaan dunia. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

الدُّنْيَا جِيْفَةٌ , فَمَنْ أَرَادَهَا فَلْيَصْبِرْ عَلَى مُخَالَطَةِ الْكِلَابِ

Dunia laksana bangkai. Barangsiapa yang menginginkannya, maka hendaklah dia bersabar jika bercampur dengan anjing.

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib mengibaratkan dunia sebagai bangkai. Maksudnya adalah bahwa segala kemewahan di dunia ini pada hakikatnya tidak berguna jika tidak digunakan untuk beribadah kepada Allah.

Satu pelajaran yang sangat berharga yang bisa kita dapatkan dari kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di atas adalah, bahwa kita tidak perlu mengorbankan segala hal yang kita miliki untuk mendapatkan kemewahan hidup di dunia. Yang perlu kita lakukan hanya melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang baik, yang bisa kita gunakan untuk beribadah kepada Allah.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Hakikat Kehidupan

Ada banyak serba-serbi kehidupan. Ada kesusahan, ada kesenangan. Ada kebahagiaan, ada kesengsaraan. Ada persaudaraan, ada permusuhan. Dalam Islam, ada banyak penjelasan tentang hakikat kehidupan dan tips menjalaninya. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

مَنْ رَضِىَ عَنْ نَفْسِهِ كَثُرَ السَّاخِطُ عَلَيْهِ . وَمَنْ ضَيَّعَهُ الْأَقْرَبُ أُتِيْحَ لَهُ الْأَبْعَدُ . وَمَنْ بَالَغَ فِى الْخُصُوْمَةِ أَثِمَ , وَمَنْ قَصَّرَ فِيْهَا ظَلَمَ . وَمَنْ كَرُمَتْ عَلَيْهِ نَفْسُهُ هَانَتْ عَلَيْهِ شَهْوَتُهُ

Barangsiapa yang suka pada dirinya sendiri, maka akan banyak orang yang tidak suka kepadanya. Barangsiapa yang ditelantarkan orang terdekat, maka dia akan diberi orang terjauh. Barangsiapa yang bermusuhan secara berlebihan, maka dia berdosa. Barangsiapa menyepelekannya, maka dia dzalim. Barangsiapa yang jiwanya mulia, maka nafsunya menjadi rendah.

Dalam kutipan sufi di atas, Ali bin Abi Thalib lima hal yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari:

  • Pertama: orang yang suka pada dirinya sendiri, maka akan banyak orang yang tidak suka kepadanya.

Maksudnya adalah bahwa orang yang suka pada dirinya sendiri percaya, bahwa dirinya sempurna dan memandang orang lain tidak sepadan dengannya. Itu adalah salah satu prilaku sombong. Orang sombong mempunyai banyak musuh.

  • Kedua: orang yang ditelantarkan orang terdekat, maka dia akan diberi orang terjauh.

Maksudnya adalah bahwa ketika seseorang mendapat masalah, terkadang orang-orang terdekatnya, seperti keluarga, saudara, dan lain sebagainya, tidak mau menolong, bahkan menghinanya. Tidak jarang kita temui, orang yang seperti mendapat pertolongan dari orang lain yang tidak punya niat untuk menolongnya.

  • Ketiga: orang yang bermusuhan secara berlebihan, maka dia berdosa. Tapi orang menyepelekannya, maka dia dzalim.

Maksudnya adalah bahwa ketika seseorang berlebihan dalam bermusuhan, termasuk perdebatan, maka sangat besar kemungkinan dia akan mengatakan sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Jika dia mengatakan hal tersebut, maka dia berdosa. Sedangkan yang dimaksud “Tapi orang menyepelekannya, maka dia dzalim.”, adalah sikap menyepelekan seseorang dalam permusuhan atau perdebatan. Sebagai contoh, sekarang saya sedang berdebat dengan Anda, saya meyakini bahwa saya yang benar dan argumentasi Anda salah. Selama saya perdebatan berlangsung, saya menyepelekan Anda karena argumentasi Anda salah. Jadi, ketika saya menyepelekan Anda, saya berbuat dzalim kepada Anda.

  • Keempat: orang yang jiwanya mulia, maka nafsunya menjadi rendah.

Ungkapan di atas adalah peringatan untuk kita semua agar kita tidak mengikuti nafsu buruk. Jika kita melakukan itu, maka jiwa kita adalah jiwa buruk.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Musibah Kecil

Menganggap musibah kecil sebagai musibah besar adalah salah satu hal yang sangat dilarang dalam Islam. Ada banyak penjelasan tentang itu. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

مَنْ عَظَّمَ صِغَارَ الْمَصَائِبِ ابْتَلَاهُ اللهُ بِكِبَارِهَا

Barangsiapa membesar-besarkan musibah kecil, maka Allah akan memberinya cobaan dengan musibah yang besar.

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib menjelaskan konsekuensi fatal jika kita menganggap musibah kecil sebagai musibah besar. Konsekuensi fatal yang saya maksud adalah Allah akan memberi kita musibah yang lebih besar dari pada musibah yang sedang kita alami. Jadi, sebisa mungkin kita harus menganggap musibah yang kita alami sebagai musibah kecil.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Sifat Baik

Ada banyak penjelasan tentang sifat baik dalam Islam, khususnya dalam tasawuf. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

إِذَا كَانَ فِى الرَّجُلِ خَلَّةٌ رَائِقَةٌ فَانْتَظِرْ أَخَوَاتَهَا

Jika di dalam diri seseorang terdapat tabiat dan sifat yang baik, maka tunggulah saudara-saudaranya (karakter dan sifat baik yang lain).

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib menjelaskan salah satu manfaat sifat baik. Dia mengatakan bahwa sifat baik bisa mendatangkan sifat baik lainnya. Sebagai contoh, jika Anda memiliki sifat rendah hati, maka sifat tersebut bisa membuat Anda gemar bersedekah, tersenyum, tidak rakus, dan lain sebagainya.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Menggunjing

Menggunjing adalah salah satu perbuatan buruk. Dalam Islam, khususnya tasawuf, ada banyak penjelasan tentang itu. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

الْغِيْبَةُ جُهْدُ الْعَاجِزِ , وَرُبَّ مَفْتُوْنٍ بِحُسْنِ الْقَوْلِ فِيْهِ

Menggunjing adalah perbuatan orang lemah. Betapa banyak orang yang terfitnah dengan ucapan yang manis di dalamnya.

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Abi Thalib menjelaskan bahwa menggunjing adalah perbuatan orang lemah. Orang yang memiliki mental kuat tidak akan menggunjing. Salah satu akibat fatal menggunjing adalah bahwa ada banyak orang yang terfitnah dan dirugikan akibat perbuatan tersebut.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Manusia

Banyak orang membanggakan keistimewaan-keistimewaan yang ada pada dirinya sendiri. Orang cantik membanggakan kecantikannya. Orang tampan membanggakan ketampanannya. Orang kaya membanggakan kekayaannya, dan seterusnya. Beberapa kaum muslim juga melakukan hal itu.

Dalam Islam, khususnya tasawuf, ada banyak penjelasan yang melarang membanggakan diri sendiri adalah salah satu hal tercela. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

مَا لِابْنِ آدَمَ وَالْفَخْرَ , أَوَّلُهُ نُطْفَةٌ , وَآخِرُهُ جِيْفَةٌ , لَا يَرْزُقُ نَفْسَهُ , وَلَا يَدْفَعُ حَتْفَهُ

Apa kemuliaan anak Adam?! Permulaannya adalah air mani. Pungkasannya adalah bangkai. Dia tidak bisa memberi rezeki pada dirinya sendiri dan tidak bisa menolak kematiannya.

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib menjelaskan bahwa manusia tidak ada satu pun pada diri mereka yang bisa dibanggakan. Alasannya sebagai berikut:

  1. Karena mereka diciptakan dari air mani.
  2. Jika mereka mati, mereka menjadi bangkai.
  3. Mereka tidak bisa memberi rezeki pada diri mereka sendiri.
  4. Mereka tidak bisa menolak kematian yang menjadi takdir mereka.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Penjaga

Banyak orang ingin memiliki penjaga untuk menjaga keselamatan mereka. Itu hal normal. Dalam Islam, khususnya tasawuf, ada beberapa penjelasan tentang siapakah sebenarnya penjaga. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

وَقِيْلَ لَهُ : أَلَا نَحْرُسُكَ ؟ قَالَ : حَارِسُ كُلِّ امْرِئٍ أَجَلُهُ

Dikatakan kepadanya (Ali bin Abi Thalib), "Apakah kami perlu menjaga Anda?" Dia menjawab, "Penjaga setiap orang adalah ajalnya."

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib menjelaskan bahwa penjaga setiap orang adalah ajalnya. Jadi, tidak ada hal lain yang perlu mereka khawatirkan.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Tanggung Jawab

Ngomong-ngomong, apakah Anda pernah membaca kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini?

وَاشْتَرَى لَحْمًا بِدِرْهَمٍ وَحَمَلَهُ , فَقِيْلَ لَهُ : نَحْمِلُ عَنْكَ . قَالَ : أَبُو الْعِيَالِ أَحَقُّ بِحَمْلِهِ

Dia (Ali bin Abi Thalib) telah membeli daging seharga satu dirham dan membawanya. Lalu dikatakan kepadanya, "Sebaiknya kami yang membawanya menggantikan Anda." Dia berkata, "Kepala keluarga lebih berkewajiban membawanya."

Kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib menjelaskan tentang tanggung jawab. Spesifiknya, seseorang harus melakukan kewajibannya sendiri. Memang benar, dalam beberapa kasus, ada orang-orang tertentu yang menyuruh orang lain untuk melakukan kewajibannya. Sebagai contoh, ada beberapa orang yang mempunyai asisten rumah tangga untuk memasak, membersihkan pakaian dan rumah, dan lain sebagainya. Itu dibenarkan dalam Islam. Tapi yang lebih utama adalah seseorang melakukan kewajibannya sendiri.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Hakikat Dunia

Islam sangat melarang kaum muslim terlena dalam kehidupan dunia. Ada banyak penjelasan tentang itu. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

الدُّنْيَا تَغُرُّ وَتَضُرُّ وَتَمُرُّ , إِنَّ اللهَ لَمْ يَرَهَا ثَوَابًا لِأَوْلِيَاءِهِ , وَلَا عِقَابًا لِأَعْدَائِهِ

Dunia itu menipu, membahayakan, dan berlalu. Sungguh Allah tidak melihatnya sebagai pahala untuk para kekasih-Nya dan siksaan untuk musuh-musuh-Nya.

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib menjelaskan beberapa hal yang perlu kita pahami:

  1. Dunia itu menipu. Maksudnya adalah bahwa tidak ada satu kenikmatan di dunia ini yang hakiki. Semuanya hannya sesaat. Kenikmatan makan, minum, dan lain sebagainya hanya sesaat.
  2. Dunia itu membahayakan. Maksudnya adalah bahwa ada banyak hal di dunia ini yang bisa menyebab seseorang menjadi orang yang tidak baik, seperti kefakiran, keserakahan, dan lain sebagainya.
  3. Dunia itu berlalu. Maksudnya tidak ada yang kekal di dunia. Semua silih datang dan berganti. Sebagai contoh, sekarang lahir seorang bayi. Beberapa tahun kemudian bayi tersebut tumbuh besar. Setelah itu dia meninggal dunia.
  4. Allah tidak menjadikan dunia sebagai pahala untuk kekasih-Nya dan siksaan untuk musuh-Nya. Maksudnya adalah bahwa semua yang ada di dunia ini sesuai kehendak Allah.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Usia

Ada banyak penjelasan tentang usia dalam tasawuf. Salah satunya adalah kutipan sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

طُوْلُ الْوَلَدِ يَنْتَهِى فِى اثْنَتَيْنِ وَعِشْرِيْنَ سَنَةً , وَعَقْلُهُ فِى ثَمَانٍ وَعِشْرِيْنَ سَنَةً , وَمَا بَعْدَ ذَلِكَ إِنَّمَا هُوَ تَجَارُبٌ إِلَى أَنْ يَمُوْتَ

Panjang seorang anak tumbuh sampai pada usia dua puluh dua tahun. Otak berkembang sampai pada usia delapan belas tahun. Adapun masa-masa setelahnya adalah pengalaman sampai dia meninggal dunia.

Secara umum, kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di atas menjelaskan hal-hal yang dilalui seseorang. Panjang tubuh seseorang bisa bertambah sampai dia berusia 22 tahun. Otaknya berkembang sampai dia berusia 18 tahun. Adapun masa-masa setelah itu adalah masa-masa menjalani kehidupan sampai meninggal dunia. Tentunya, secara matematis, keberhasilan seseorang di masa-masa tersebut dipengaruhi oleh masa-masa sebelumnya. Jika pada masa-masa sebelumnya dia tidak mendapat pendidikan yang baik, maka sangat besar kemungkinan pada masa-masa setelahnya dia akan kesulitan.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Bahaya Melawan Kebenaran

Melawan kebenaran adalah salah satu tidakan tidak terpuji dan memiliki banyak resiko. Ada banyak penjelasan tentang itu dalam Islam. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

مَنْ صَارَعَ الْحَقَّ صَرَعَهُ

Barangsiapa yang menyerang kebenaran, maka kebenaran akan menjatuhkannya.

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib menjelaskan bahwa seseorang tidak boleh melawan kebenaran. Jika dia melakukan itu, maka dia sendiri yang akan rugi: kebenaran akan menjatuhkannya. Sebagai contoh, jika Anda adalah seorang pemimpin, maka Anda tidak boleh menggunakan status Anda untuk melakukan hal-hal buruk, seperti korupsi, otoriter, dan lain sebagainya. Semua itu adalah contoh-contoh melawan kebenaran. Jika Anda melakukan itu semua, maka pada suatu saat Anda akan jatuh.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Perumpamaan Hati Seseorang

Ada banyak penjelasan tentang hati dalam tasawuf. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

الْقَلْبُ مُصْحَفُ الْبَصَرِ

Hati adalah mushaf mata.

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib mengibaratkan hati sebagai mushaf mata. Maksudnya adalah bahwa sesuatu yang dilihat mata akan tersimpan di dalam hati. Karena itulah, jika mata kita sering melihat hal-hal buruk, maka hati kita akan merasa tidak nyaman. Jadi, secara tidak langsung, dia menganjurkan kita akan menjaga mata kita agar tidak melihat hal-hal buruk.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Qanaah

Qanaah adalah salah satu sifat terpuji dalam Islam. Ada banyak penjelasan tentang itu. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

كُلُّ مُقْتَصَرٍ عَلَيْهِ كَافٍ وَمَنْ لَمْ يُعْطَ قَاعِدًا لَمْ يُعْطَ قَائِمًا

Barangsiapa yang membatasi dirinya dari keinginan mendapat sesuatu yang lain, maka dia akan merasa puas. Barangsiapa yang tidak diberi dalam kondisi berdiri, maka dia tidak akan diberi dalam kondisi duduk.

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib menganjurkan agar kita memiliki sifat Qanaah. Qanaah adalah menerima dan mensyukuri sesuatu yang diberikan kepada kita. Alasannya adalah karena semua makhluk memiliki jatah rezeki masing-masing. Apapun yang akan kita lakukan tidak akan bisa mengubah rezeki yang telah ditentukan Allah untuk kita.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Hari

Jika sekarang Anda sedang sedih atau susah, perhatikan kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini!

الدَّهْرُ يَوْمَانِ : يَوْمٌ لَكَ وَيَوْمٌ عَلَيْكَ , فَإِذَا كَانَ لَكَ فَلَا تَبْطَرْ , وَإِذَا كَانَ عَلَيْكَ فَلَا تَضْجَرْ

Masa adalah dua hari: satu hari yang baik untukmu dan satu hari yang tidak baik untukmu. Jika hari tersebut adalah hari baik untukmu, maka jangan terlalu senang. Jika hari tersebut adalah hari yang tidak baik untukmu, maka jangan terlalu bersedih.

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib menjelaskan bahwa hanya ada dua jenis hari. Yang pertama adalah hari yang baik. Yang kedua adalah hari yang tidak baik. Jika hari Anda sekarang adalah hari yang baik, Anda tidak boleh terlena dan melupakan kewajiban utama Anda sebagai seorang muslim. Tapi jika hari Anda sekarang adalah hari yang tidak baik, Anda tidak boleh bersedih dan melupakan karunia-karunia Allah yang telah diberikan kepada Anda.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Hal-Hal yang Harus Kita Pahami dalam Hidup

Ada banyak hal yang harus kita pahami dalam hidup. Anda bisa menemukan beberapa contohnya dalam kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

الرُّكُوْنُ إِلَى الدُّنْيَا وَمَا يُعَانَى فِيْهَا جَهْلٌ , وَالتَّقْصِيْرُ فِى حُسْنِ الْعَمَلِ إِذَا وَثِقْتَ بِالثَّوَابِ عَلَيْهِ غَبْنٌ , وَالطُّمَأْنِيْنَةُ إِلَى كُلِّ أَحَدٍ قَبْلَ الْإِخْتِيَارِ عَجْزٌ . وَالْبُخْلُ جَامِعٌ لِمَسَاوِئِ الْأَخْلَاقِ . وَمَنْ كَثُرَتْ نِعْمَةُ اللهِ عَلَيْهِ كَثُرَتْ حَوَائِجُ النَّاسِ إِلَيْهِ

Condong pada dunia dan sesuatu yang ada di dalamnya adalah kebodohan. Mengurangi pekerjaan baik jika kamu yakin mendapatkan imbalan adalah kekurangan dan kelemahan. Merasa tenang pada setiap orang sebelum mencoba adalah kelemahan. Pelit mengumpulkan semua karakter buruk. Barangsiapa mendapat banyak nikmat Allah, maka banyak kebutuhan manusia kepadanya."

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bi Abi Thalib menjelaskan beberapa hal yang harus kita pahami dalam hidup:

  1. Kita tidak boleh terlena dalam kenikmatan dunia karena itu adalah kebodohan. Alasan paling logis adalah karena tidak ada kenikmatan di dunia ini yang abadi. Semuanya hanya temporal dan silih berganti. Saya telah menjelaskan sedikit hal tentang itu di beberapa paragraf sebelumnya.
  2. Kita tidak boleh meninggalkan hal baik yang telah kita kerjakan demi melakukan hal yang belum tentu baik.
  3. Kita tidak boleh merasa tenang pada setiap orang sebelum mengenal mereka dengan baik karena itu adalah kelemahan yang bisa merugikan kita.
  4. Kita tidak boleh pelit karena itu mengumpulkan semua karakter buruk. Salah satunya adalah mementingkan inginan kita sendiri dan mengabaikan kebutuhan dasar orang lain.
  5. Kita harus selalu ingat, bahwa semakin banyak nikmat Allah yang Dia berikan kepada kita, maka semakin banyak kebutuhan manusia kepadanya. Contoh yang paling simpel adalah kita diharuskan membayat Zakat untuk harta yang kita miliki dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Hasrat dan Hasud

Ada banyak penjelasan tentang hasrat dan hasud dalam tasawuf. Salah satunya adalah kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini:

الرَّغْبَةُ مِفْتَاحُ النَّصَبِ , وَالْحَسَدُ مَطِيَّةُ التَّعَبِ

Hasrat adalah kunci kelelahan. Hasud mengantarkan (seseorang) pada rasa lelah.

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib menjelaskan bahwa hasrat adalah kunci kelelahan. Maksudnya adalah bahwa jika kita berhasrat memiliki sesuatu, maka itu adalah awal mula kelelahan yang akan kita rasakan. Bagaimana mungkin tidak demikian?! Tentunya, jika kita berhasrat memiliki sesuatu, kita akan berusaha melakukan sesuatu untuk mendapatkannya.

Sedangkan yang dimaksud “Hasud mengantarkan (seseorang) pada rasa lelah” dalam kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di atas adalah, bahwa salah satu akibat orang hasud adalah rasa lelah. Orang tersebut membutuhkan banyak energi untuk melampiaskan hasudnya. Itu sangat melelahkan!

Kata-Kata Sufi Ali bin Abi Thalib Tentang Sedekah

Jika Anda ingin tahu salah satu ajaran tasawuf tentang sedekah, perhatikan kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib di bawah ini!

إِذَا أَقْبَلَتِ الدُّنْيَا فَأَنْفِقْ مِنْهَا فَإِنَّهَا لَا تَفْنَى , وَإِذَا أَدْبَرَتْ عَنْكَ فَأَنْفِقْ مِنْهَا فَإِنَّهَا لَا تَبْقَى

Jika dunia datang, maka nafkahkan sebagiannya karena sesungguhnya ia tidak akan sirna. Jika ia berpaling darimu, maka nafkahkan sebagiannya karena ia tidak akan kekal.

Dalam kata-kata sufi di atas, Ali bin Abi Thalib menganjurkan kita menyedekahkan sebagian harta yang kita miliki karena itu tidak akan sirna dan tidak akan tersisa. Yang dimaksud “Tidak akan sirna” adalah bahwa harta yang kita sedekahkan tidak akan hilang, tapi akan kembali kepada kita dalam bentuk lain yang lebih baik. Sedangkan yang dimaksud “Tidak akan kekal” adalah bahwa harta yang kita miliki tidak akan selamanya kita miliki. Pada suatu saat, harta kita sekarang akan dimiliki orang lain, mungkin keluarga kita, teman-teman kita, dan lain sebagainya, terutama jika kita telah meninggal dunia.

Itulah penjelasan singkat tentang kata-kata sufi Ali bin Abi Thalib dan beberapa hal penting tentang khalifah keempat dalam sejarah pemerintahan Islam itu. Apakah Anda paham? Jika Anda punya pertanyaan, silahkan menuliskannya di kolom komentar.

Saya kira cukup sekian untuk artikel ini. Semoga bermanfaat. Amin.

Sampai jumpa lagi di artikel berikutnya!

Posting Komentar

Posting Komentar