Guyv7L2vSNhTu9NNIC4AGodmAsDGZpqzql8qRx1N
Bookmark

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

kata-kata sufi abu bakar ash-shiddiq, kata-kata sufi abu bakar ash-shiddiq dalam bahasa arab dan bahasa indonesia, kata-kata sufi,

Halo! Apakah Anda sedang mencarti penjelasan tentang kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia? Jika jawaban Anda adalah "Iya", selamat! Sekarang Anda sedang membaca artikel yang tepat. Mengapa? Karena itulah yang akan saya jelaskan pada artikel ini. Jadi, Anda harus membacanya sampai selesai!

Secara spesifik, ada beberapa hal penting terkait kata-kata sufi Abu bakar ash-Shiddiq dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang akan saya jelaskan pada artikel ini. Beberapa hal penting yang saya maksud adalah sebagai berikut:

Biografi Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad. Dia menggantikan beliau memimpin kaum muslim setelah beliau wafat, menjadi khalifah pertama dalam sejarah pemerintahan Islam.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar ash-Shiddiq terjadi banyak pemberontakan dari beberapa daerah bawahan. Secara umum, pemberontakan-pemberontakan tersebut dikarenakan dua hal: keinginan beberapa  pemberontak untuk mengendalikan kuasa pemerintahan-keagamaan (munculnya nabi-nabi palsu) dan keengganan sebagian beberapa pemberontak lain untuk membayar zakat. Saya tidak akan menjelaskan itu pada artikel ini karena tidak berkaitan dengan tema utama yang dibahas dalam artikel ini.

Abdullah atau yang lebih kenal sebagai Abu Bakar memiliki banyak julukan ("Abu Bakar sendiri adalah salah satu julukannya). Beberapa di antaranya adalah "Atiq (عَتِيْقٌ)" dan "Ash-Shiddiq (الصِّدِّيْقُ)".

Ada beberapa riwayat yang menjelaskan mengapa Abu Bakar mendapat julukan "Atiq (عَتِيْقٌ)":

  1. Karena dia telah mendapat jaminan terbebas dari Neraka (لِعِتْقِهِ مِنَ النَّارِ).
  2. Karena ketampanannya (لِعَتَاقَةِ وَجْهِهِ).
  3. Karena kesucian nasabnya (لِعَتَاقَةِ نَسَبِهِ).
  4. Karena ibunya tidak memiliki anak yang masih hidup. Ketika ibunya melahirkannya, ibunya menghadap Ka'bah dengan menggendongnya dan berkata, "Wahai Tuhan! Ini selamat dari kematian. Anugerahkanlah dia untukku! (اللّهُمَّ هَذَا عَتِيْقٌ مِنَ الْمَوْتِ فَهَبْهُ لِيْ)"

Adapun alasan mengapa Abu Bakar mendapat gelar "Ash-Shiddiq (الصِّدِّيْقُ)", para ulama sepakat bahwa itu terjadi karena dia adalah orang yang segera membenarkan dakwa Nabi Muhammad dan terus menerus melakukan itu dan membuktikannya.

Abu Bakar adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah Islam. Sebut saja misalnya, sikapnya setelah Nabi Muhammad mendakwahkan Islam pertama kali, setelah beliau Isra' dan Mi'raj. Kita juga tidak bisa melupakan peranan khalifah pertama itu ketika orang-orang kafir menentang kebenaran salah satu peristiwa agung dalam sejarah Islam. Kita juga tidak bisa melupakan peranan pentingnya ketika beliau hijrah dari Makkah ke Madinah, tentunya. Dia melakukan itu dengan meninggalkan harta dan keluarganya.

Dalam catatan sejarah Islam pun Abu Bakar disekapati sebagai sosok yang sangat memahami ajaran Islam dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dia adalah salah satu contoh muslim seutuhnya yang mampu menyelaraskan pengetahuan, hati, dan prilaku.

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq: Apa Itu?

Muhammad Abdurrauf al-Munawi dalam bukunya yang berjudul Al-Kawâkib ad-Durriyyah fî Tarâjumi as-Sâdah ash-Shufiyyah mengklasifikasi Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai salah satu tokoh sufi generasi pertama. Abu Bakar mampu menyelaraskan pengetahuannya tentang Islam, hati, prilakunya. Dia adalah salah satu tokoh yang menjadi salah satu referensi ajaran tasawus.

Dengan demikian, secara singkat, saya ingin mengatakan bahwa yang dimaksud "Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq" dalam artikel ini adalah kata-kata yang diucapkan oleh Abu Bakar sebagai sikap terhadap sub-sub kehidupan atau (dan) ajaran bagi kaum muslim.

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

kata-kata sufi abu bakar ash-shiddiq, kata-kata sufi abu bakar ash-shiddiq dalam bahasa arab dan bahasa indonesia, kata-kata sufi,

Ada banyak kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq. Tentunya, saya tidak bisa menjelaskan itu semua sekarang. Pada artikel ini, saya hanya akan menjelaskan beberapakata-kata sufi Abu Bakar saja.

Adapun kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq yang saya maksud adalah sebagai berikut:

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq Tentang Keikhlasan, Amal Baik, dan Ridha Allah

Keikhlasan, amal baik, ridha Allah adalah beberapa hal yang sangat penting dalam Islam. Ada banyak pembahasan tentang itu semua dalam beberapa literasi Islam. Salah satunya adalah kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq di bawah ini:

لَا خَيْرَ فِى قَوْلٍ لَا يُرَادُ بِهَ وَجْهَ اللهِ , وَلَا فِى مَالٍ لَايُنْفَقُ مِنْهُ فِى سَبِيْلِ اللهِ , وَلَا فِيْمَنْ يَغْلِبُ جَهْلُهُ حِلْمَهُ , وَلَا فِيْمَنْ يَخَافُ فِى اللهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ

Tidak ada kebaikan pada ucapan yang tidak dimaksudkan untuk ridha Allah, tidak pada harta yang tidak ada yang nafkahkan dijalan Allah, tidak pada orang yang kebodohannya mengalahkan akalnya, dan tidak pada orang yang mengkhawatirkan celaan orang lain dalam ketaatan kepada Allah.

Jika Anda membaca kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq di atas dengan sangat baik, Anda bisa menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun di dunia ini yang baik jika tidak diniatkan untuk mendapat ridha Allah. Sebagai contoh, sedekah adalah sesuatu yang baik. Tapi jika itu niatkan untuk pamer kepada orang lain, maka itu tidak baik. Sedekah adalah hal baik tapi ia menjadi buruk karena diniatkan untuk pamer, bukan mendapat ridha Allah. Contoh lainnya adalah kekayaan yang kita miliki. Jika kita menggunakan kekayaan hanya untuk kebutuhan kita, kita tidak menggunakannya untuk kebaikan-kebaikan yang disukai Allah, maka itu bukanlah hal baik dalam Islam, dan seterusnya.

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq Tentang Konsekuensi Kesombongan

Sombong adalah salah satu sifat buruk yang tidak disukai semua orang. Dalam Islam, sombong memiliki konsekuensi yang sangat fatal. Ada banyak pembahasan tentang itu. Salah satunya adalah kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shidding di bawah ini:

إِذَا دَخَلَ الْعَبْدَ الْعُجْبُ بِشَيْئٍ مِنْ زِيْنَةِ الدُّنْيَا مَقَتَهُ اللهُ حَتَّى يُفَارِقَ تِلْكَ الزِّيْنَةَ

Jika sikap menyombongkan perhiasan dunia masuk ke dalam hati seorang hamba, maka Allah sangat murka kepadanya sampai dia meninggalkan perhiasan tersebut.

Jika Anda membaca kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq di atas dengan sangat baik, Anda bisa menyimpulkan bahwa kesombongan adalah salah satu sifat yang sangat dibenci Allah. Sebagai contoh, jika kita memiliki mobil dan kita sombong karena itu (sebagai contoh: kita meremehkan orang lain yang tidak punya mobil), maka Allah sangat murka kepada kita sampai kita meninggalkan kesombongan tersebut.

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq Tentang Kemuliaan, Kekayaan, dan Kehormatan

Kemuliaan, kekayaan, kehormatan adalah beberapa hal yang diinginkan oleh banyak orang. Mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkan itu semua. Tapi, dalam literasi tasawuf, pemahaman terhadap tiga hal tersebut bukanlah seperti pemahaman pada umumnya. Dalam tasawuf, kita bisa menemukan pemahaman tentang tiga hal tersebut dalam kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq di bawah ini:

وَجَدْنَا الْكَرَمَ فِى التَّقْوَى , وَالْغِنَى فِى الْيَقِيْنِ , وَالشَّرَفَ فِى التَّوَاضُعِ

Saya menemukan kemuliaan dalam ketakwaan, kekayaan dalam keyakinan, dan kehormatan dalam rendah hati.

Jika Anda memahami kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq tentang kemuliaan, kekayaan, dan kehormatan di atas, Anda bisa menyimpulkan bahwa dalam tasawuf kemuliaan ada dalam ketakwaan, kekayaan ada dalam keyakinan, dan kemuliaan ada dalam rendah hati. Jadi, jika Anda bertakwa kepada Allah, maka Anda adalah orang mulia. Jika Anda yakin bahwa Allah telah menjamin rezeki Anda dan tidak akan pernah menelantarkan Anda, maka Anda adalah orang kata. Jadi Anda memiliki sifat rendah hati dan tidak sombong, maka Anda adalah orang mulia.

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq Tentang Makrifat

Dalam Islam, makrifat adalah pemahaman yang mendalam tentang Allah. Makrifat adalah tingkat pemahan tentang Allah setelah syariat dan hakikat. Syariat adalah yang pertama. Hakikat adalah yang kedua. Makrifat adalah yang ketika.

Ada banyak penjelasan tentang makrifat dalam literasi tasawuf. Salah satunya adalah kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq di bawah ini:

مَنْ ذَاقَ مِنْ خَالِصِ الْمَعْرِفَةِ شَيْئًا شَغَلَهُ ذَلِكَ عَمَّا سِوَى اللهِ , وَاسْتَوْحَشَ مِنْ جَمِيْعِ الْبَشَرِ

Barangsiapa yang mencicipi sesuatu dari murninya makrifat, maka itu akan melalaikannya dari sesuatu selain Allah dan batinnya akan kosong dari semua manusia.

Jika Anda memahami kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddq tentang makrifat di atas dengan baik, Anda bisa menyimpulkan bahwa seorang muslim yang telah mencapai dejarat makrifat hanya akan sibuk dengan Allah. Fokusnya hanya pada Allah, bukan pada yang lain.

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq Tentang Ketaatan Kepada Allah

Ketaatan kepada Allah adalah salah satu ha yang harus dilakukan kaum muslim. Dalam Islam, ada banyak penjelasan tentang ketaatan kepada Allah. Salah satunya adalah kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq di bawah ini:

مَنْ مَقَتَ نَفْسَهُ فِى ذَاتِ اللهِ أَمَّنَهُ اللهُ مِنْ مَقْتِهِ

Barangsiapa yang sangat murka kepada dirinya sendiri untuk melakukan ketaatan kepada Allah, maka Allah akan memberinya keamanan dari murka-Nya yang sangat dahsyat.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abu Bakar ash-Shiddiq menjelaskan salah satu manfaat taat kepada Allah. Secara spesifik, sebagaimana seperti yang telah dia katakan, bahwa seseorang yang memaksa dirinya sendiri untuk selalu taat kepada Allah, maka dia mendapat jaminan keamanaan dari murka Allah yang sangat dahsyat.

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq Tentang Kehormatan dan Kehinaan

Kehormatan dan kehinaan adalah dua hal berbeda. Pada umumnya, semua orang menginginkan kehormatan dan tidak menginginkan kehinaan. Dalam tasawuf, ada banyak penjelasan tentang kehormatan dan kehinaan. Salah satunya adalah kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq di bawah ini:

فَازَ بِالْمُرُوْءَةِ مَنِ امْتَطَى التَّغَافُلَ , وَهَانَ عَلَى الْقُرْبَى مَنْ عُرِفَ بِاللَّجَاجِ

Telah mendapatkan kehormatan seseorang yang berpura-pura tidak tahu (aib orang lain). Telah menjadi hina di mata kerabat orang yang terkenal terus-menerus bermusuhan.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abu Bakar ash-Shiddiq menjelaskan kehormatan dan kehinaan dengan cara yang sangat sederhana. Kita bisa menemukan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Dia menjelaskan bahwa seseorang yang pura-pura tidak tahu aib orang lain agar tidak membuatnya malu adalah orang terhormat. Adapun kehinaan (salah satunya) adalah jika seseorang terus-menerus bermusuhan. Itulah kehormatan dan kehinaan dalam pemahaman yang sangat simpel.

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq Tentang Kesombongan

Pada beberapa paragraf sebelumnya, saya telah menjelaskan sedikit hal tentang kesombongan. Sekarang saya akan menjelaskan kesombongan dari sudut pandang lain. Perhatikan kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq di bawah ini!

إِيَّاكُمْ وَالْفَخْرَ , وَمَا فَخْرُ مَنْ خُلِقَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِلَيْهِ يَعُوْدُ , ثُمَّ يَأْكُلُهُ الدُّوْدُ ؟

Waspadalah agar tidak bersikap sombong! Apa yang bisa disombongkan dari seseorang yang tercipta dari tanah kemudian dia kembali kepadanya, kemudian dia dimakan ulat?

Dalam kata-kata sufi di atas, Abu Bakar ash-Shiddiq menjelaskan bahwa kesombongan adalah salah satu hal yang harus selalu diwaspadai. Dia juga menjelaskan bahwa tidak ada yang bisa disombongkan dari seseorang yang diciptakan dari tanah, yang akan dikembalikan ke tanah setelah dia mati, dan kemudian akan dimakan olat di dalam kuburan. Sama sekali tidak ada yang layak untuk disombongkan.

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq Tentang Pentingnya Niat dalam Perbuatan Seseorang

Dalam berbagai literasi Islam tentang akhirat, ada banyak penjelasan bahwa kelak ada seseorang yang selama dia hidup di dunia dikenal sebagai orang yang taat kepada Allah tapi dia akan masuk Neraka. Sebaliknya, ada seseorang yang selama dia hidup dikenal sebagai orang yang bermaksiat kepada Allah tapi dia akan masuk Surga. Apakah Anda tahu mengapa itu semua bisa terjadi?

Jawabannya adalah niat dan tindak lanjutnya! Dalam Islam, niat baik yang dilanjutkan dengan perbuatan baik akan memberi kebaikan bagi orang yang melakukannya meskipun itu terlihat buruk di mata orang lain. Sebaliknya, perbuatan baik yang didasari niat buruk akan memberi akibat buruk bagi orang yang melakukannya meskipun itu terlihat baik di mata orang lain.

Dalam tasawuf, ada banyak penjelasan tentang niat. Salah satunya adalah kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq di bawah ini:

لَا خَيْرَ فِي خَيْرٍ بَعْدَهُ النَّارُ , وَلَا شَرَّ فِى شَرٍّ بَعْدَهُ الْجَنَّةُ

Tidak ada kebaikan dalam kebaikan yang setelahnya adalah Neraka, dan tidak ada keburukan dalam keburukan yang setelahnya adalah Surga.

Jika Anda memahami kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq dan beberapa paragraf di atas, Anda bisa menyimpulkan bahwa yang dimaksud kalimat “Tidak ada kebaikan dalam kebaikan yang setelahnya adalah Neraka” adalah, bahwa perbuatan baik yang tidak didasari niat baik tidak akan memberi kebaikan bagi orang yang melakukannya, meskipun itu terlihat bagi di mata orang lain. Akibatnya adalah orang tersebut akan masuk Neraka. Adapun yang dimaksud kalimat “Tidak ada keburukan dalam keburukan yang setelahnya adalah Surga” adalah, bahwa perbuatan buruk di mata manusia tapi didasari niat baik akan memberi kebaikan bagi orang yang melakukannya. Manfaatnya adalah orang tersebut akan masuk Surga.

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq Tentang Kehidupan

Ada banyak cobaan dalam hidup. Jika Anda ada seorang pemimpin, maka Anda harus menjadi pemimpin yang baik. Jika Anda adalah seorang pekerja di suatu tempat, Anda harus melakukan pekerjaan Anda dengan baik. Jika Anda adalah seorang suami sekaligus ayah, Anda harus bisa melakukan tugas Anda dengan sangat baik.

Di sisi lain, sebagai seorang muslim, Anda harus melakukan semua kewajiban Anda sebagai orang muslim dan tidak melakukan larangan dalam Islam, meskipun hanya satu.

Jika Anda adalah seorang muslim yang masih hidup di dunia, tentu tanggung jawab Anda akan semakin besar. Anda harus menjadi manusia yang hidup di tengah masyarakat dan Anda harus menjadi muslim yang baik. Tidak semua orang muslim yang masih hidup mampu melakukan itu semua dengan baik. Karena itulah, bagi beberapa orang menjadi makhluk selain manusia adalah sebuah keinginan, meskipun itu hanya sekedar keinginan yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Anda bisa menemukan salah satu contohnya dalam kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq di bawah ini:

 وَدِدْتُ أَنِّي شَجَرَةٌ تُؤْكَلُ وَتُعْضَدُ

 Saya lebih suka menjadi sebuah pohon yang dimakan dan tebang.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abu Bakar ash-Shiddiq berandai-andai menjadi sebuah pohon yang buahnya dimakan dan kayunya ditebang. Bagi dia, menjadi menjadi sebuah pohon bermanfaat baik manusia lebih bisa selamat dari berbagai tanggung jawab dari pada menjadi manusia. Perkataannya tersebut adalah pelajaran yang sangat berharga, bahwa menjadi seorang muslim harus berhati-hati dalam segala hal.

Kata-Kata Sufi Abu Bakar Ash-Shiddiq Tentang Kefakiran

Kefakiran adalah kondisi ketika seseorang tidak mampu melakukan hal-hal yang dia inginkan. Dia ingin makan, tapi dia tidak memiliki makanan. Dia ingin beli baju, tapi dia tidak bisa melakukan itu karena dia tidak punya uang. Dalam banyak kasus, banyak orang yang tidak betah hidup dalam kondisi fakir. Akibatnya, mereka melakukan hal-hal yang dilarang dalam negara dan Islam, seperti mencuri dan lain sebagainya.

Dalam tasawuf, ada banyak nasehat tentang kefakiran. Salah satunya adalah kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq di bawah ini:

أُصِيْكُمْ بِاللهِ لِفَقْرِكُمْ وَفَاقَتِكُمْ أَنْ تَتَّقُوْاهُ , وَأَنْ تُثْنُوْا عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ , وَأَنْ تَسْتَغْفِرُوْاهُ , إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا

Saya berwasiat kepada kalian kepada Allah karena kefakiran dan kemelaratan kalian, agar kalian bertakwa kepada-Nya, agar kalian memuji-Nya dengan pujian yang Dia layak untuk mendapatkannya, dan agar kalian meminta ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Maha Pengampun.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abu Bakar memberi nasehat kepada kita agar kita selalu bertakwa kepada Allah jika kita dalam keadaan fakir, selalu memuji-Nya, dan meminta ampun kepada-Nya.

Itulah kata-kata sufi Abu Bakar ash-Shiddiq dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang perlu Anda ketahui. Jika Anda punya pertanyaan, atau sesuatu yang perlu kita dialogkan, Anda bisa menulisnya di kolom komentar.

Semoga bermanfaat. Amin.

Sampai jumpa lagi di artikel berikutnya!

0

Posting Komentar