Guyv7L2vSNhTu9NNIC4AGodmAsDGZpqzql8qRx1N
Bookmark

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Umar bin Khattab dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

kata-kata sufi, kata-kata sufi abdullah bin umar bin khattab, kata-kata sufi abdullah bin umar bin khattab dalam bahasa arab dan bahasa indonesia,

Halo! Apakah Anda sedang mencari penjelasan tentang kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia? Jika jawaban Anda adalah “Iya”, selamat! Sekarang Anda sedang membaca artikel yang tepat. Mengapa? Karena itulah yang akan saya jelaskan pada artikel ini. Jadi, harus membacanya sampai selesai!

Biografi Singkat Abdullah bin Umar bin Khattab

Abdullah bin Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad. Dia adalah putra khalifah kedua dalam sejarah pemerintahan Islam: Umar bin Khattab. Dia lahir tahun sepuluh sebelum hijriah.

Abdullah bin Umar tumbuh besar di lingkungan yang penuh dengan ajaran Islam.  Dia hijrah ke Madinah bersama ayahnya (pendapat lain mengatakan sebelum ayahnya). Ketika Utsman bin Affan meninggal dunia akibat dibunuh oleh para pemberontak, beberapa orang menawarkan baiat kepadanya, tapi dia menolak.

Abdullah bin Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat yang sangat memahami ajaran Islam dengan sangat baik. Muhammad Abdurrauf al-Munawi dalam bukunya yang berjudul "Al-Kawâkib ad-Durriyyah fî Tarâjumi as-Sâdah ash-Shufiyyah" mengkategorikan Abdullah bin Umar bin Khattab sebagai salah satu tokoh sufi agung generasi pertama. Ada banyak sisi kehidupannya yang menjadi sumber insiprasi dalam tasawuf dan ketasawufan.

Abdullah bin Umar bin Khattab adalah figur yang ideal bagi kaum muslim. Dia selalu mengucapkan Istighfar, tidak menginginkan kemewahan hidup di dunia. Dia menjalani kehidupan dengan melakukan banyak ibadah, termasuk shalat Tahajjud.

Abdullah bin Umar bin Khattab selalu berusaha meniru Nabi Muhammad Saw. dalam hal apapun, seperti ucapan, perbuatan, dan kondisi. Dia hidup selama enam puluh tahun untuk memberi solusi untuk problematika kaum muslim. Jika hartanya menyebabkan dia takjub, maka dia menyedekahkan harta tersebut. Sebagai contoh, ketika ayat di bawah ini turun:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ

Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya. (Ali Imran [2]: 92).

[…] Abdullah bin Umar bin Khattab lalu memanggil budak perempuannya. Dia lalu berkata, “Demi Allah, sungguh saya menyintaimu. Sekarang kamu merdeka. Pergilah.” Dia lalu menikahkan budak perempuan yang telah merdeka tersebut dengan mantan budak laki-lakinya dan melahirkan seorang laki-laki. Dia lalu menggendong anak laki-laki tersebut, menyiumnya, dan berkata, “Sangat menakjubkan! Sungguh saya menyium aroma perempuan itu (mantan budak perempuannya tersebut)!”

Selain kisah di atas, jika Abdullah bin Umar melihat para budaknya shalat dengan baik, maka dia akan memerdekakan mereka. Karena itulah mereka shalat dengan sangat baik untuk mendapat perhatiannya, agar dia memerdekakan mereka.

Abdullah bin Umar bin Khattab adalah orang muslim yang selalu menjaga kehormatan dirinya. Dia tidak tamak pada harta di dunia. Selain itu, dia juga merupakan orang yang sangat rendah hati. Dia tidak makan kecuali bersama orang-orang miskin, sampai itu membahayakan tubuhnya. Dia tidak makan sesuatu kecuali dia bersama anak yatim. Dia tidak pernah menolak seseorang yang meminta bantuannya. Bahkan, orang yang sakit kusta pernah makan bersamanya, meskipun jari-jari orang tersebut mengucurkan darah.

Abdullah bin Umar, sebagai manusia biasa, diapun pada akhirnya meninggal dunia pada tujuh puluh tiga hijria, tiga bulan setelah Ibnu Zubair meninggal dunia.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Umar bin Khattab dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

kata-kata sufi, kata-kata sufi abdullah bin umar bin khattab, kata-kata sufi abdullah bin umar bin khattab dalam bahasa arab dan bahasa indonesia,

Ada banyak kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab. Sayangnya, saya tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. Pada artikel ini, saya hanya akan menjelaskan beberapa kata-kata sufinya saja.

Adapun beberapa kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang saya maksud adalah sebagai berikut:

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Umar bin Khattab Tentang Amal

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab tentang amal, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

ابْنَ آدَمَ , صَاحِبْ الدُّنْيَا بِبَدَنِكَ , وَفَارِقْهَا بِقَلْبِكَ وَهَمِّكَ , فَإِنَّكَ مَوْقُوْفٌ عَلَى عَمَلِكَ , فَخُذْ مِمَّا فِى يَدَيْكَ لِمَا بَيْنَ يَدَيْكَ

Wahai anak Adam! Temanilah dunia dengan badanmu. Tinggalkan ia dengan hati dan keprihatinanmu. Sesungguhnya engkau digantungkan pada amalmu. Ambillah sesuatu yang ada di tanganmu untuk sesuatu yang ada di depanmu (ketika engkau mati).

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Umar bin Khattab menjelaskan nasihat kepada manusia untuk tidak terlalu terikat dengan dunia. Sebagai anak Adam, manusia diingatkan untuk menjalani kehidupan duniawi dengan tubuh fisik saja, sementara hati dan perhatian seharusnya lebih fokus pada kehidupan setelah mati. Paragraf ini menegaskan bahwa manusia terikat oleh amal perbuatannya, yang akan menjadi penentu nasibnya di akhirat. Oleh karena itu, penting untuk memanfaatkan apa yang ada di dunia ini sebagai persiapan untuk kehidupan setelah kematian. Nasihat ini mendorong manusia untuk mengutamakan amal dan kebaikan sebagai bekal di akhirat, bukan hanya mengejar kesenangan duniawi.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Umar bin Khattab Tentang Kematian

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab tentang kematian, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

عِنْدَ الْمَوْتِ يَأْتِيْكَ الْخَبَرُ

Ketika kematian datang, maka kabar datang kepadamu.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Umar bin Khattab menjelaskan bahwa kematian adalah suatu realitas yang tak terelakkan bagi setiap manusia. Ketika kematian tiba, semua informasi dan kenyataan yang sebelumnya tersembunyi akan menjadi jelas. Ini berarti bahwa kematian membawa kesadaran penuh tentang kebenaran hidup, termasuk amal dan perbuatan yang telah dilakukan selama di dunia. Kematian juga menyampaikan "kabar" tentang kehidupan setelah mati, mengingatkan manusia akan konsekuensi dari setiap tindakan. Dengan demikian, paragraf ini mengajak manusia untuk merenungkan kehidupan dan kematian, serta pentingnya mempersiapkan diri dengan amal baik sebelum saat itu tiba. Kematian bukan sekadar akhir dari kehidupan, tetapi awal dari kesadaran yang sesungguhnya mengenai makna kehidupan.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Umar bin Khattab Tentang Orang Alim Sejati

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab tentang orang alim sejati, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

لَا يَكُوْنُ الرَّجُلُ عَالِمًا حَتَّى لَا يَحْسُدَ مَنْ فَوْقَهُ , وَلَا يَحْقِرَ دُوْنَهُ , وَلَا يَبْتَغِى بِالْعِلْمِ ثَمَنًا

Seseorang tidak akan menjadi alim sampai dia tidak hasud kepada orang yang ada di atasnya, tidak merendahkan orang lain dan tidak mencari kekayaan dengan ilmu.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Umar bin Khattab menjelaskan tiga karakteristik penting yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mencapai status sebagai alim atau orang yang berilmu. Pertama, seseorang harus bebas dari rasa hasud atau iri terhadap orang lain yang mungkin memiliki lebih banyak pengetahuan atau kedudukan yang lebih tinggi. Kedua, dia tidak boleh merendahkan atau memandang rendah orang lain, menunjukkan bahwa ilmu sejati disertai dengan kerendahan hati. Ketiga, ilmu tidak boleh dijadikan sarana untuk mencari kekayaan materi; sebaliknya, ilmu harus dikejar untuk tujuan yang lebih mulia, yaitu memperoleh hikmah dan mendekatkan diri kepada Allah. Paragraf ini mengajarkan bahwa seorang alim sejati adalah mereka yang memiliki ketulusan hati, keikhlasan, dan moralitas yang tinggi dalam menjalani kehidupan dan berbagi pengetahuan.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Umar bin Khattab Tentang Hakikat Keimanan

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab tentang hakikat keimanan, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

لَا يَبْلُغُ عَبْدٌ حَقِيْقَةَ الْإِيْمَانِ حَتَّى يَعُدَّ النَّاسَ حَمْقَى فِى دِيْنِهِ

Seorang hamba tidak akan sampai pada hakikat keimanan sampai dia mendapati orang-orang dungu dalam agama mereka.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Umar bin Khattab menjelaskan bahwa untuk mencapai hakikat keimanan yang sejati, seorang hamba harus mampu menghadapi orang-orang yang kurang memahami agama dengan kesabaran dan kebijaksanaan. Dalam perjalanan menuju iman yang mendalam, seseorang akan bertemu dengan berbagai karakter, termasuk mereka yang mungkin memiliki pemahaman agama yang dangkal atau keliru. Menghadapi orang-orang seperti ini menjadi ujian bagi seorang hamba untuk tetap teguh dalam keyakinannya dan tidak terpengaruh oleh kebodohan atau kesesatan. Ini juga menandakan bahwa keimanan sejati tidak hanya diukur dari pengetahuan agama semata, tetapi juga dari kemampuan untuk menghadapi tantangan dan tetap berpegang pada kebenaran. Dengan demikian, hakikat keimanan adalah keadaan di mana seseorang tetap mantap dalam keimanannya meskipun dihadapkan pada kebodohan dan kesalahpahaman orang lain tentang agama.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Umar bin Khattab Tentang Kebaikan

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab tentang kebaikan, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

البِرُّ شَيْئٌ هَيِّنٌ : وَجْهٌ طَلْقٌ وَكَلَامٌ لَيِّنٌ

Kebaikan adalah sesuatu yang mudah: wajah ceria dan ucapan lembut.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Umar bin Khattab menjelaskan bahwa kebaikan tidak selalu memerlukan usaha besar atau tindakan yang kompleks. Sebaliknya, kebaikan dapat diwujudkan melalui hal-hal sederhana seperti menampilkan wajah ceria dan berbicara dengan ucapan yang lembut. Wajah ceria mencerminkan sikap positif dan kebaikan hati yang dapat menularkan kebahagiaan kepada orang lain. Ucapan lembut, di sisi lain, menunjukkan sikap hormat dan kasih sayang dalam berinteraksi dengan sesama. Kedua hal ini mudah dilakukan namun memiliki dampak besar dalam menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan penuh kedamaian. Paragraf ini menekankan bahwa kebaikan sejati dimulai dari hal-hal kecil yang dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan senyum dan kata-kata yang baik, seseorang dapat membawa perubahan positif bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Umar bin Khattab Tentang Derajat di Sisi Allah

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab tentang derajat di sisi Allah, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

لَا يُصِيْبُ عَبْدٌ شَيْئًا مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا نَقَصَ مِنْ دَرَجَتِهِ عِنْدَ اللهِ وَإِنْ كَانَ عَلَيْهِ كَرِيْمًا

Seorang hamba tidak mendapat sesuatu dari dunia kecuali derajatnya di sisi Allah berkurang, meskipun dia adalah orang mulia.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Umar bin Khattab menjelaskan bahwa memperoleh kenikmatan duniawi dapat mengurangi derajat seseorang di sisi Allah, meskipun orang tersebut mulia. Hal ini menekankan bahwa keterikatan pada dunia dan pencapaian materi bisa membawa konsekuensi spiritual yang negatif. Semakin seorang hamba terfokus pada dunia, semakin besar kemungkinan dia teralihkan dari tujuan spiritual yang lebih tinggi, yaitu mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan bagi orang yang mulia atau memiliki kedudukan tinggi, tergelincir ke dalam godaan dunia bisa menurunkan derajatnya di hadapan Allah. Paragraf ini mengingatkan bahwa derajat di sisi Allah lebih penting daripada kekayaan atau kehormatan duniawi. Oleh karena itu, seseorang sebaiknya berhati-hati agar tidak terlalu terpikat oleh kenikmatan dunia dan tetap menjaga fokus pada amalan yang meningkatkan kedekatan dengan Allah.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Umar bin Khattab Tentang Lisan

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab tentang lisan, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

أَحَقُّ مَا طَهَّرَ الْعَبْدُ لِسَانَهُ

Sesuatu yang lebih harus disucikan seorang hamba adalah lisannya.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Umar bin Khattab menjelaskan pentingnya menjaga dan menyucikan lisan bagi seorang hamba. Lisan atau ucapan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seseorang karena dapat mencerminkan isi hati dan niat yang tersembunyi. Ucapan yang tidak dijaga dengan baik bisa menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti menyakiti perasaan orang lain, menyebarkan fitnah, atau bahkan merusak hubungan sosial. Oleh karena itu, lisan adalah bagian yang harus paling dijaga dan disucikan oleh seorang hamba. Paragraf ini mengajarkan bahwa untuk mencapai kesucian hati dan perilaku, seseorang harus mulai dengan menjaga ucapannya. Ini mencakup berbicara dengan jujur, menghindari kata-kata kasar, dan hanya mengatakan hal-hal yang bermanfaat dan baik. Dengan menjaga lisan, seseorang tidak hanya melindungi dirinya sendiri, tetapi juga berkontribusi pada kedamaian dan keharmonisan di lingkungan sekitarnya.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Umar bin Khattab Tentang Perumpamaan Dunia bagi Orang Kafir dan Orang Mukmin

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab tentang perumpamaan dunia bagi orang kafir dan orang mukmin, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

الدُّنْيَا جَنَّةُ الْكَافِرِ وَسِجْنُ الْمُؤْمِنِ , وَإِنَّمَا مَثَلُ الْمُؤْمِنِ حِيْنَ تَخْرُجُ نَفْسُهُ كَمَثَلِ رَجُلٍ كَانَ فِى سِجْنٍ فَأُخْرِجَ مِنْهُ , فَجَعَلَ يَتَقَلَّبُ فِى الْأَرْضِ وَيَتَفَّسَحُ فِيْهَا

Dunia adalah Surga bagi orang kafir dan penjara bagi orang mukmin. Sungguh, perumpamaan orang mukmin ketika nyawanya keluar seperti seseorang di dalam penjara lalu dikeluarkan. Dia lalu mengelilingi bumi dan mencari tempat yang lapang di sana.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Umar bin Khattab menjelaskan pandangan tentang kehidupan duniawi dari perspektif orang beriman (mukmin) dan orang kafir. Bagi orang kafir, dunia ini diibaratkan sebagai surga, di mana mereka bebas menikmati segala kenikmatan tanpa memikirkan kehidupan setelah mati. Sebaliknya, bagi orang mukmin, dunia ini dianggap sebagai penjara—sebuah tempat dengan keterbatasan dan ujian yang harus dijalani sebelum mencapai kebahagiaan sejati di akhirat. Paragraf ini juga menggambarkan bahwa saat nyawa orang mukmin keluar, ia merasa seperti dibebaskan dari penjara. Setelah kematiannya, dia merasa bebas, seperti seseorang yang akhirnya dikeluarkan dari penjara dan menemukan kelapangan serta kedamaian yang sebenarnya. Ini menekankan bahwa bagi seorang mukmin, kebahagiaan sejati bukanlah di dunia, melainkan di akhirat, di mana mereka akan menemukan kebebasan dan kelapangan yang sesungguhnya.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Umar bin Khattab Tentang Sahabat Nabi Muhammad

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab tentang sahabat Nabi Muhammad, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

وَقِيْلَ لَهُ : هَلْ كَانَ الصَّحْبُ يَضْحَكُوْنَ ؟ قَالَ : نَعَمْ , وَالْإِيْمَانُ فِى قُلُوْبِهِمْ أَعْظَمُ مِنَ الْجِبَالِ

Pernah ditanyakan kepadanya (Abdullah bin Umar bin Khattab), “Apakah para sahabat tertawa?” Dia menjawab, “Iya. Tapi keimanan di hati mereka lebih besar dari pada gunung-gunung.”

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Umar bin Khattab menjelaskan keseimbangan yang dimiliki para sahabat Nabi, antara ekspresi kebahagiaan dan kekuatan iman. Ketika ditanya apakah para sahabat tertawa, Abdullah bin Umar menegaskan bahwa mereka memang tertawa, menunjukkan bahwa mereka juga menikmati momen-momen kebahagiaan dan keceriaan dalam hidup. Namun, meskipun mereka tertawa dan berinteraksi dengan penuh kegembiraan, iman di hati mereka tetap kokoh dan kuat, bahkan lebih besar dari gunung-gunung. Ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang bisa memiliki sisi manusiawi yang riang, hal itu tidak mengurangi kedalaman iman dan keteguhan mereka dalam keyakinan. Paragraf ini mengajarkan bahwa memiliki iman yang kuat tidak berarti menghilangkan kebahagiaan atau ekspresi kegembiraan, tetapi justru menunjukkan bahwa keduanya bisa berjalan seiring dengan kesadaran spiritual yang tinggi.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Umar bin Khattab Tentang Al-Quran

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab tentang al-Quran, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

مَرَّ بِرَجُلٍ سَاقِطٍ , قَالَ : مَا شَأْنُهُ ؟ قَالُوْا : إِذَا قُرِئَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ يُصِيْبُهُ هَذَا . قَالَ : إِنَّا نَخْشَى اللهَ وَلَا نَسْقُطُ

Dia (Abdullah bin Umar bin Khattab) pernah bertemu seorang laki-laki yang terjauh. Dia lalu bertanya, “Mengapa dia bisa seperti itu?” Orang-orang menjawab, “Jika al-Quran dibaca dihadapannya, dia mengalami kondisi seperti ini.” Dia berkata, “Sungguh kami takut kepada Allah, tapi kami tidak sampai terjatuh (ketika al-Quran dibaca).”

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Umar bin Khattab menjelaskan bahwa dia menyaksikan seorang laki-laki yang terjatuh ketika mendengar bacaan al-Qur'an. Ketika Abdullah bertanya tentang kondisi tersebut, orang-orang menjelaskan bahwa laki-laki itu bereaksi seperti itu karena terpengaruh oleh bacaan al-Qur'an. Namun, Abdullah bin Umar memberikan tanggapan yang menggambarkan sikap para sahabat terhadap rasa takut kepada Allah. Dia mengakui bahwa mereka, para sahabat, juga memiliki rasa takut yang mendalam kepada Allah, tetapi mereka tidak sampai terjatuh atau pingsan ketika mendengar al-Qur'an. Paragraf ini menunjukkan bahwa rasa takut kepada Allah di kalangan sahabat Nabi lebih bersifat mendalam dan stabil, tanpa perlu menunjukkan reaksi fisik yang ekstrem. Sikap ini mencerminkan kekuatan spiritual yang kokoh, di mana rasa takut kepada Allah diimbangi dengan ketenangan dan pengendalian diri, tanpa kehilangan kesadaran atau keseimbangan.

Itulah kata-kata sufi Abdullah bin Umar bin Khattab dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Apakah Anda paham? Jika Anda punya pertanyaan, Anda bisa menulisnya di kolom komentar.

Saya kira cukup sekian untuk artikel ini. Semoga bermanfaat. Amin.

Sampai jumpa lagi di artikel berikutnya!

0

Posting Komentar