Guyv7L2vSNhTu9NNIC4AGodmAsDGZpqzql8qRx1N
Bookmark

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Amru bin Al-Ash dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

kata-kata sufi, kata-kata sufi abdullah bin amru bin al-ash, kata-kata sufi abdullah bin amru bin al-ash dalam bahasa arab dan bahasa indonesia,

Halo! Apakah Anda sedang mencari penjelasan tentang kata-kata sufi Abdullah bin Amru bin al-Ash dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia? Jika jawaban Anda adalah “Iya”, selamat! Sekarang Anda sedang membaca artikel yang tepat. Mengapa? Karena itulah yang akan saya jelaskan pada artikel ini. Jadi, Anda harus membacanya sampai selesai!

Biografi Singkat Abdullah bin Amru bin Al-Ash

Sebelum saya menjelaskan kata-kata sufi Abdullah bin Amru bin al-Ash, terlebih dahulu saya akan menjelaskan biografi singkatnya. Anda harus memahami itu agar Anda tahu siapa Abdullah bin Amru bin al-Ash.

Muhammad Abdurrauf al-Munawi dalam bukunya yang berjudul "Al-Kawâkib ad-Durriyyah fî Tarâjumi as-Sâdah ash-Shufiyyah" mengkategorikan Abdullah bin Amru bin al-Ash sebagai salah satu tokoh sufi agung generasi pertama. Ada banyak sisi kehidupannya yang menjadi sumber insiprasi dalam tasawuf dan ketasawufan. Dia adalah salah satu sufi agung dalam sejarah Islam.

Abdullah bin Amru bin al-Ash adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw. yang agung. Dia adalah putra Amru bin al-Ash. Dia lahir di Makkah pada tahun tujuh sebelum hijriah. Pada zaman jahiliah, dia pandai menulis dan menguasai bahasa Suryani dengan baik. Setelah dia masuk Islam, dia meminta izin kepada Nabi Muhammad Saw. untuk menulis hadits yang dia dengar. Nabi Muhammad Saw. pun mengizinkannya melakukan itu.

Abdullah bin Amru bin al-Ash adalah salah satu figur ideal dalam sejarah Islam. Dia adalah orang zuhud, sering beribadah, dan menjadi salah satu pasukan Islam dalam banyak peperangan. Ketika berperang, dia membawa dua pedang. Dia membawa bendera ayahnya dalam perang Yarmuk. Dia berada dalam pasukan Muawiyah bin Abi Sufyan dalam perang Shiffin atas perintah ayahnya, tapi dia tidak ikut berperang. Muawiyah bin Abi Sufyan mengangkatnya sebagai pemimpin di Kuffah. Tapi itu terjadi dalam waktu singkat.

Abdullah bin Amru bin al-Ash tidak membaiat Yazid bin Muawiyah untuk menjadi pemimpin kaum muslim menggantikan Muawiyah bin Abi Sufyan. Dia memilih untuk beribadah dari pada sibuk dalam urusan pemerintahan.

Ngomong-ngomong, apakah Anda masih ingat hadits di bawah ini?

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا  , وَإِنَّ لِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا

Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak yang harus kamu penuhi, dan keluargamu memiliki hak yang harus kamu penuhi.”

Hadits di atas adalah hadits yang menjelaskan, bahwa kaum muslim tidak boleh hanya berfokus pada ibadah. Nabi Muhammad Saw. mengucapkan itu kepada Abdullah bin Amru bin al-Ash. Beliau mengucapkan itu karena putra Amru bin al-Ash tersebut lebih memilih fokus pada ibadah dari pada hal-hal lain.

Dalam literasi hadits dijelaskan, bahwa Abdullah bin Amru bin al-Ash meriwayatkan tujuh ratus hadits. Dia meninggal dunia pada tahun 65 hijriah (pendapat yang masyhur). Pendapat lain mengatakan, bahwa dia meninggal dunia pada tahun 63 hijria atau 68 hijriah.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Amru bin Al-Ash dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

kata-kata sufi, kata-kata sufi abdullah bin amru bin al-ash, kata-kata sufi abdullah bin amru bin al-ash dalam bahasa arab dan bahasa indonesia,

Ada banyak kata-kata sufi Abdullah bin Amru bin al-Ash. Sayangnya, saya tidak bisa menejelaskan semuanya sekarang. Pada artikel ini, saya hanya akan menjelaskan beberapa kata-kata sufinya saja.

Adapun beberapa kata-kata sufi Abdullah bin Amru bin al-Ash dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Amru bin Al-Ash Tentang Keutamaan Kebaikan Pada Zaman Sekarang dibandingkan Kebaikan Pada Zaman Nabi Muhammad

Jika Anda ingin tahu sufi Abdullah bin Amru bin al-Ash tentang keutamaan kebaikan pada zaman sekarang dibandingkan kebaikan pada zaman Nabi Muhammad, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

لَخَيْرٌ أَعْمَلُهُ الْيَوْمَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ مَثِيْلِهِ أَعْمَلُهُ مَعَ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , لِأَنَّا كُنَّا مَعَهُ تَهُمُّنَا الْآخِرَةُ دُوْنَ الدُّنْيَا , وَالْيَوْمَ مَالَتْ بِنَا الدُّنْيَا

Hal baik yang saya lakukan pada hari ini lebih saya sukai dari pada hal serupa yang saya lakukan bersama al-Musthafa Saw, karena ketika bersama beliau, akhirat lebih menjadi perhatian kita dari pada dunia. Pada hari ini, kita telah dikuasa urusan-urusan duniawi.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Amru bin al-Ash menjelaskan perbandingan perbuatan baik yang dilakukan saat ini dengan yang dilakukan di masa lalu ketika bersama Nabi Muhammad SAW (al-Musthafa). Abdullah bin Amru bin al-Ash merasa bahwa kebaikan yang dilakukan sekarang lebih berharga dibandingkan dengan kebaikan yang dilakukan saat bersama Nabi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan fokus dan niat antara kedua masa tersebut. Ketika bersama Nabi, perhatian mereka lebih terarah pada kehidupan akhirat dan nilai-nilai spiritual, bukan pada urusan duniawi. Pada masa sekarang, menurut dia, urusan duniawi telah menguasai kehidupan, sehingga kebaikan yang dilakukan saat ini memiliki nilai yang lebih tinggi dalam konteks tersebut. Paragraf ini mencerminkan pergeseran fokus dari spiritualitas menuju materialisme dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi pandangan seseorang terhadap nilai perbuatan baik. Dia merasa bahwa melakukan kebaikan di tengah godaan duniawi saat ini memiliki makna yang lebih signifikan karena tantangan yang lebih besar.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Amru bin Al-Ash Tentang Menjaga Diri Dari Hal-Hal yang Tidak Bermanfaat

Jika Anda ingin tahu sufi Abdullah bin Amru bin al-Ash tentang menjaga diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

دَعْ مَا لَسْتَ مِنْهُ فِى شَيْئٍ , فَلَا تَنْطِقُ فِيْمَا لَا يَعْنِيْكَ , وَاخْزُنْ لِسَانَكَ كَمَا تَخْزُنُ رِزْقَكَ

Tinggalkan sesuatu yang bukan urusanmu. Jangan mengatakan sesuatu yang tidak bermanfaat buatmu. Simpanlah lisanmu sebagaimana kamu menyimpan rezekimu.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Amru bin al-Ash menjelaskan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Nasihat tentang pentingnya menjaga fokus, berbicara dengan bijak, dan mengendalikan diri. Pertama, disarankan untuk meninggalkan hal-hal yang bukan menjadi urusan pribadi. Ini berarti kita sebaiknya tidak terlalu banyak mencampuri atau menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak relevan atau tidak memberi manfaat bagi diri kita.
  2. Pentingnya berbicara hanya tentang hal-hal yang bermanfaat. Mengatakan sesuatu yang tidak membawa manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, sebaiknya dihindari.
  3. Analogi yang kuat antara menjaga lisan (perkataan) dengan menjaga rezeki (penghasilan atau harta). Sama seperti kita menjaga rezeki dengan berhati-hati agar tidak hilang atau disia-siakan, demikian pula kita harus menjaga lisan kita agar tidak mengucapkan hal-hal yang bisa merugikan diri sendiri atau orang lain. Inti dari nasihat ini adalah pengendalian diri dan kehati-hatian dalam berbicara, yang merupakan aspek penting dalam menjalani kehidupan yang bijaksana dan penuh tanggung jawab.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Amru bin Al-Ash Tentang Pentingnya Berbuat Adil dan Menghindari Niat Jahat

Jika Anda ingin tahu sufi Abdullah bin Amru bin al-Ash tentang pentingnya berbuat adil dan menghindari niat jahat, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

مَكْتُوْبٌ فِى التَّوْرَاةِ : مَنْ تَجَرَّأَ فَجَرَ , وَمَنْ حَفَرَ حُفْرَةَ سُوْءٍ لِصَاحِبِهِ وَقَعَ فِيْهَا

Dalam Taurat tertulis, “Barangsiapa berani melakukan kesalahan, maka dia telah melakukan kedzaliman. Barangsiapa menggali lubang buruk untuk sahabatnya, maka dia akan terperosok di dalamnya.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Amru bin al-Ash menjelaskan sebuah ajaran dari Taurat yang mengandung dua pesan moral penting tentang tindakan dan konsekuensinya:

  1. Bahwa siapa pun yang berani melakukan kesalahan, seperti berbuat dosa atau melanggar aturan, dianggap telah melakukan kedzaliman. Kedzaliman dalam konteks ini bisa berarti ketidakadilan atau tindakan yang merugikan orang lain. Pesan ini mengingatkan kita bahwa setiap tindakan salah yang kita lakukan tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga bisa membawa ketidakadilan kepada orang lain atau melanggar hak mereka.
  2. Bahwa siapa pun yang mencoba mencelakai orang lain dengan sengaja, misalnya dengan menggali "lubang buruk" untuk menjebak sahabatnya, pada akhirnya akan jatuh ke dalam jebakan yang ia buat sendiri. Ini adalah gambaran simbolis yang mengajarkan bahwa niat jahat dan rencana buruk yang ditujukan kepada orang lain sering kali berbalik dan membawa malapetaka bagi pelakunya sendiri.

Secara keseluruhan, Abdullah bin Amru bin al-Ash ini menekankan pentingnya berlaku adil dan tidak berbuat jahat kepada orang lain, karena tindakan tersebut dapat berbalik merugikan diri sendiri.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Amru bin Al-Ash Tentang Hubungan Sesuatu yang Kecil dan Sesuatu yang Lebih Besar

Jika Anda ingin tahu sufi Abdullah bin Amru bin al-Ash tentang hungan sesuatu yang kecil dan sesuatu yang lebih besar, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

إِنَّ هَذِهِ النَّارَ لَتَسْتَجِيْرُ مِنَ النَّارِ الْكُبْرَى أَنْ تُعَادَ فِيْهَا

Sesungguhnya api ini akan meminta tolong kepada api yang besar agar dibantu.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Amru bin al-Ash menjelaskan konsep metaforis atau simbolis tentang kekuatan dan bantuan dalam konteks api. Dalam ungkapan ini, "api" bisa mewakili situasi atau masalah yang membutuhkan bantuan untuk diatasi. "Api ini" menggambarkan keadaan atau masalah yang sedang terjadi, sementara "api yang besar" mewakili sumber daya atau bantuan yang lebih kuat atau lebih besar yang dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Secara lugas, Abdullah bin Amru bin al-Ash menjelaskan bahwa dalam menghadapi situasi sulit atau masalah besar, ada kalanya kita perlu meminta bantuan dari sumber yang lebih kuat atau lebih berpengalaman. Ini bisa diartikan sebagai anjuran untuk mencari dukungan atau solusi dari pihak yang memiliki kapasitas atau kemampuan lebih besar dalam mengatasi masalah tersebut. Pesan ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dan mencari bantuan ketika menghadapi tantangan besar yang tidak bisa diatasi sendirian.

Dalam konteks spiritual atau religius, kata-kata sufi Abdullah bin Amru bin al-Ash ini juga bisa diartikan sebagai ajakan untuk bergantung pada kekuatan yang lebih tinggi atau Tuhan dalam menghadapi kesulitan, karena kekuatan tersebut mampu memberikan solusi atau bantuan yang lebih efektif.

Itulah kata-kata sufi Abdullah bin Amru bin al-Ash dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Apakah Anda paham? Jika Anda punya pertanyaan, silahkan menulisnya di kolom komentar.

Saya kira cukup sekian untuk artikel ini. Semoga bermanfaat. Amin.

Sampai jumpa lagi di artikel berikutnya.

Posting Komentar

Posting Komentar