Guyv7L2vSNhTu9NNIC4AGodmAsDGZpqzql8qRx1N
Bookmark

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

kata-kata sufi, kata-kata sufi abdullah bin abbas, kata-kata sufi abdullah bin abbas dalam bahasa arab dan bahasa indonesia,

Halo! Apakah Anda sedang mencari penjelasan tentang kata-kata sufi Abdullah bin Abbas dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia? Jika jawaban Anda adalah “Iya”, selamat! Sekarang Anda sedang membaca artikel yang tepat. Mengapa? Karena itulah yang akan saya jelaskan pada artikel ini. Jadi, Anda harus membacanya sampai selesai!

Biografi Singkat Abdullah bin Abbas

Sebelum saya berbicara lebih banyak tentang kata-kata sufi Abdullah bin Abbas dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia, terlebih dahulu saya akan menjelaskan biografi singkatnya. Anda harus memahami siapa Abdullah bin Abbas yang memiliki kata-kat sufi yang jelaskan dalam artikel ini.

Abdullah bin Abbas memiliki nama lengkap Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib. Dia lahir di Makkah pada tahun 3 sebelum hijriah. Dia tumbuh pada masa awal-awal kenabian. Dia menyertai Nabi Muhammad Saw. dalam banyak hal. Selain itu, dia juga meriwayatkan banyak hadits Nabi Muhammad.

Ngomong-ngomong, Anda masih ingat hadits di bawah ini:

اللَّهُمَّ أَعْطِهِ الْحِكْمَةَ , وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ

Wahai Allah! Berilah dia hikmah dan ajarilah dia takwil.

Hadits di atas berisi doa yang diucapkan Nabi Muhammad untuk Abdullah bin Abbas. Karena itulah Abdullah bin Abbas memiliki kemampuan luar bisa untuk memahami dan menjelaskan ajaran Islam. Dalam literasi hadits dijelaskan, bahwa ada 1660 hadits yang dia riwayatkan dalam buku Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.

Abdullah bin Abbas adalah salah satu sahabat agung Nabi Muhammad Saw. Selain dikenal sebagai orang yang memiliki pemahaman yang sangat istimewa pada ajaran-ajaran Islam, dia juga dikenal sebagai orang yang senang bersedekah, memuliakan tamu, sangat khusyuk ketika dia beribadah. Bahkan, dalam salah satu riwayat diceritakan, bahwa ada dua garis hitam di dua pipinya karena dia sering menangis ketika dia beribadah.

Ada banyak hal inspiratif dari kehidupan Abdullah bin Abbas, sosok yang dikenal sebagai “Penerjemah al-Quran”, “Lautan Ilmu”, dan lain sebagainya ini. Sayangnya, saya tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang karena tidak berkaitan dengan topik utama dalam artikel ini. Yang jelas, Muhammad Abdurrauf al-Munawi dalam bukunya yang berjudul Al-Kawâkib ad-Durriyyah fî Tarâjumi as-Sâdah ash-Shufiyyah mengkategorikan Abdullah bin Abbas sebagai salah satu tokoh sufi agung generasi pertama. Ada banyak sisi kehidupannya yang menjadi sumber insiprasi dalam tasawuf dan ketasawufan. Dia adalah salah satu sufi agung dalam sejarah Islam.

Pada akhirnya, Abdullah bin Abbas meninggal dunia di Thaif pada tahun 68 hijria.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

kata-kata sufi, kata-kata sufi abdullah bin abbas, kata-kata sufi abdullah bin abbas dalam bahasa arab dan bahasa indonesia,

Ada banyak kata-kata sufi Abdullah bin Abbas. Sayangnya, saya tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. Pada artikel ini, saya hanya akan menjelaskan beberapa kata-kata sufinya saja.

Adapun beberapa kata-kata sufi Abdullah bin Abbas dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang saya maksud adalah sebagai berikut:

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Takut Kepada Allah

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang takut kepada Allah, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

إِنَّ لِلَّهِ عِبَادًا أَصْمَتَتْهُمْ خَشْيَتُهُ مِنْ غَيْرِ بَكَمٍ وَلَا صَمَمٍ , وَإِنَّهُمْ لَهُمْ الْفُصَحَاءُ , حَتَّى إِذَا اشْتَاقُوْا تَسَارَعُوْا إِلَى اللهِ بِالْأَعْمَالِ الزَّاكِيَةِ

Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang dibuat diam oleh kekhawatiran kepada-Nya, bukan karena bisu sejak lahir dan bukan pula karena tuli. Sungguh mereka adalah orang-orang fasih berbicara. Jika mereka rindu, mereka bergegas menuju Allah dengan melakukan amal-amal yang suci.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan tentang sekelompok hamba Allah yang hidup dengan penuh ketakwaan dan rasa takut kepada-Nya. Mereka digambarkan sebagai orang-orang yang diam bukan karena ketidakmampuan fisik seperti bisu atau tuli, melainkan karena rasa takut dan khawatir kepada Allah yang mendalam. Mereka memilih untuk tidak banyak berbicara karena mereka memahami tanggung jawab dan konsekuensi dari setiap kata yang diucapkan.

Meskipun mereka tampak diam, sebenarnya mereka adalah orang-orang yang fasih berbicara dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Namun, mereka hanya berbicara ketika diperlukan dan lebih banyak menggunakan waktu mereka untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Ketika mereka merasakan kerinduan kepada Allah, mereka segera merespons dengan memperbanyak amal perbuatan yang suci dan bermanfaat.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Orang yang Berbuat Baik

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang orang yang berbuat baik, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

صَاحِبُ الْمَعْرُوْفِ لَا يَقَعُ , وَإِنْ وَقَعَ وَجَدَ مُتَّكَأً

Pemilik kebaikan tidak jatuh. Jika dia jatuh, maka dia bersandar.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan sifat orang yang memiliki kebaikan dalam dirinya. Maksudnya adalah, orang yang senantiasa berbuat baik tidak akan mengalami kejatuhan yang berarti atau fatal dalam hidupnya. Kalimat "Pemilik kebaikan tidak jatuh" menunjukkan bahwa kebaikan yang dimiliki seseorang menjadi semacam pelindung atau penopang yang mencegahnya dari kegagalan total atau kehancuran.

Namun, jika orang tersebut memang mengalami kesulitan atau menghadapi tantangan besar ("Jika dia jatuh"), kebaikan yang ada dalam dirinya membuatnya tetap bisa bertahan. Ungkapan "maka dia bersandar" menandakan bahwa orang yang baik memiliki sesuatu untuk diandalkan, entah itu dalam bentuk iman, moral, atau dukungan dari orang lain. Dengan kata lain, kebaikan yang telah ditanamkan dan dipraktikkan dalam hidup seseorang memberikan kekuatan batin yang membuatnya tidak benar-benar hancur saat menghadapi masalah.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Kemiskinan

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang kemiskinan, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

الْحِرْمَانُ خَيْرٌ مِنَ الْإِمْتِنَانِ

Kemiskinan lebih baik dari pada menerima pemberian yang disertai penghinaan.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan sebuah pandangan bahwa kemiskinan, meskipun penuh dengan kesulitan, lebih terhormat dan bermartabat daripada menerima pemberian yang disertai dengan penghinaan. Pesan utamanya adalah bahwa harga diri dan kehormatan seseorang lebih berharga daripada harta atau bantuan yang didapatkan dengan merendahkan diri atau menerima perlakuan tidak layak.

Kemiskinan dalam konteks ini tidak dilihat sebagai sesuatu yang memalukan, melainkan sebagai keadaan yang bisa dihadapi dengan kehormatan asalkan seseorang tetap menjaga martabatnya. Di sisi lain, menerima bantuan atau pemberian dari orang lain yang disertai penghinaan berarti mengorbankan harga diri demi mendapatkan keuntungan material. Ini dipandang sebagai sesuatu yang lebih merugikan karena merusak integritas dan rasa hormat seseorang terhadap dirinya sendiri.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Kekerabatan, Kebaikan, dan Kasih Sayang

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang kekerabatan, kebaikan, dan kasih sayang, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

الْقَرَابَةُ تُقْطَعُ , وَالْمَعْرُوْفُ يُكْفَرُ , وَلَمْ نَرَ كَالْمَوَدَّةِ

Kekerabatan akan diputus, kebaikan akan diingkari, dan kita tidak melihat kasih sayang.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan keadaan di mana hubungan kekerabatan yang seharusnya kuat dan penuh kasih sayang justru terabaikan atau rusak. "Kekerabatan akan diputus" menunjukkan bahwa ikatan keluarga dan hubungan darah yang penting tidak lagi dihargai, dan bahkan diputuskan, mungkin karena egoisme atau konflik.

"Kebaikan akan diingkari" mengindikasikan bahwa kebaikan dan perbuatan baik tidak lagi diakui atau dihargai, sehingga orang-orang menjadi tidak peduli terhadap satu sama lain.

Terakhir, "kita tidak melihat kasih sayang" mencerminkan hilangnya rasa cinta dan perhatian antar sesama, baik dalam keluarga maupun di masyarakat. Ini menggambarkan situasi sosial yang penuh dengan kekerasan emosional dan ketidakpedulian, di mana nilai-nilai luhur seperti kekerabatan, kebaikan, dan kasih sayang tidak lagi menjadi prioritas atau dijunjung tinggi.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Berhati-Hati dalam Berinteraksi dengan Seseorang

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang berhati-hati dalam berinteraksi dengan seseorang, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

لَا تُمَازِحْ سَفِيْهًا وَلَا حَلِيْمًا , فَإِنَّ السَّفِيْهَ يُؤْذِيْكَ وَالْحَلِيْمَ يَقْلِيْكَ . وَاعْمَلْ عَمَلَ مَنْ يَعْلَمْ أَنَّهُ مَجْزِيٌّ بِالْحَسَنَاتِ مَأْخُوْذٌ بِالسَّيِّئَات

Janganlah bermain-main dengan orang dungu dan orang yang bermurah hati. Sesungguhnya orang dungu akan menyakitimu dan orang yang bermurah hati akan membuatmu marah. Lakukanlah perbuatan seseorang yang tahu, bahwa dia akan mendapat pahala sebab kebaikan-kebaikannya dan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan nasihat untuk berhati-hati dalam berinteraksi dengan orang-orang tertentu dan mendorong perilaku yang bertanggung jawab. "Janganlah bermain-main dengan orang dungu dan orang yang bermurah hati" berarti menghindari interaksi yang tidak serius atau sembrono dengan dua tipe orang ini. Orang dungu, karena kurangnya pemahaman atau kebijaksanaan, bisa secara tidak sengaja menyakitimu, sementara orang yang terlalu murah hati mungkin membuatmu marah karena ketidakmampuannya menilai situasi dengan tepat.

Kata-kata sufi di atas ini juga mengingatkan untuk bertindak seperti orang yang bijak, yang sadar bahwa setiap perbuatan baik akan mendapat pahala dan setiap tindakan akan dimintai pertanggungjawaban. Intinya, pesan ini menekankan pentingnya berperilaku bijaksana dan bertanggung jawab dalam kehidupan, serta memilih dengan hati-hati orang-orang yang kita ajak berinteraksi.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Dua Jenis Hadas

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang dua jenis hadas, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

الْحَدَثُ حَدَثَانِ : حَدَثٌ مِنْ فَرْجِكَ وَحَدَثٌ مِنْ فِيْكَ

Hadas ada dua macam: hadas yang keluar dari farji dan hadas yang keluar dari mulut.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan dua jenis hadas yang harus disucikan:

  1. "Hadas yang keluar dari farji". Maksudnya adalah segala sesuatu yang keluar dari organ vital atau anus, seperti urine, tinja, angin, atau cairan lain. Jenis hadas ini umumnya memerlukan wudu atau mandi wajib (ghusl) untuk mengembalikan keadaan suci seseorang.
  2. "Hadas yang keluar dari mulut". Maksudnya adalah ucapan buruk yang bisa menyakiti hati orang lain. Cara mensucikannya adalah dengan bertaubat, membaca Istighfar, dan dzikir-dzikir lainnya.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Kemampuan Orang Alim dalam Memahami Hal-Hal Ghaib

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang kemampuan orang laim dalam memahami hal-hal ghaib, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

العَالِمُ يَرَى الْغَيْبَ , وَلَكِنْ مِنْ وَرَاءِ سِتْرٍ رَقِيْقٍ

Orang Alim melihat hal ghaib tapi dari balik tabir tipis.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan kemampuan seorang alim, atau orang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang agama, dalam memahami hal-hal ghaib, yaitu perkara-perkara yang tidak tampak atau tidak dapat dijangkau oleh pancaindra biasa. Namun, pemahaman ini digambarkan sebagai "melihat dari balik tabir tipis," yang berarti meskipun orang alim memiliki wawasan yang lebih mendalam dan intuitif, pengetahuan mereka tentang hal-hal ghaib tetap terbatas.

Tabir tipis ini menunjukkan bahwa ada batasan atau penghalang yang memisahkan manusia dari pemahaman penuh tentang dunia ghaib. Meskipun seorang alim mungkin memiliki pemahaman yang lebih baik dibandingkan orang awam, pengetahuan mereka masih tidak sempurna karena hakikat penuh dari hal ghaib hanya diketahui oleh Allah.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Biji Delima

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang biji delima, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

وَكَانَ إِذَا وَجَدَ حَبَّةَ رُمَّانٍ فِى الْأَرْضِ أَخَذَهَا فَأَكَلَهَا , فَقِيْلَ لَهُ فِيْهِ : فَقَالَ : بَلَغَنِيْ أَنَّهُ لَيْسَ فِى الْأَرْضِ رُمَّانَةً إِلَّا تَلْقَحُ حَبَّةً مِنْ حَبِّ الْجَنَّة , فَلَعَلَّهَا هَذِه

Jika dia (Abdullah bin Abbas) menemukan biji delima di tanah, maka dia mengambilnya lalu memakannya. Lalu diucapkan kepadanya di dalamnya. Dia lalu berkata, “Saya mendapatkan kabar, bahwa tidak ada delima di bumi ini kecuali ia menyerbukkan biji dari biji di Surga. Semoga saja itu adalah delima ini.”

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan tindakan Abdullah bin Abbas, seorang sahabat Nabi Muhammad yang terkenal akan pengetahuannya. Ketika dia menemukan biji delima di tanah, dia memungutnya dan memakannya, meskipun mungkin tampak sepele bagi orang lain. Ketika ditanya mengapa dia melakukan hal itu, Abdullah bin Abbas menjelaskan bahwa dia pernah mendengar bahwa setiap delima di bumi memiliki keterkaitan dengan buah delima di Surga, karena setiap buah delima di bumi dihasilkan dari biji yang berasal dari Surga.

Dengan keyakinan ini, Abdullah bin Abbas berharap bahwa biji delima yang dia temukan tersebut adalah bagian dari keberkahan Surga. Kata-kata sufi di atas juga mencerminkan keyakinan mendalam dan penghargaan Abdullah bin Abbas terhadap setiap berkah yang mungkin berasal dari Allah, serta menunjukkan kehati-hatiannya dalam memanfaatkan setiap anugerah yang ada, meskipun tampak kecil.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Belalang

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang belalang, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

مَكْتُوْبٌ عَلَى الْجَرَادَةِ بِالسُّرْيَانِيَّةِ : إِنِّي أَنَا اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا وَحْدِيْ , لَا شَرِيْكَ لِيْ , الْجَرَادُ جُنْدٌ مِنْ جُنُوْدِيْ , أُسَلِّطُهُ عَلَى مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِيْ

Tertulis kalimat di tubuh belalang dengan bahasa Suryani, “Sungguh Aku adalah Allah. Tidak ada tuhan selain hanya Aku. Tidak ada sekutu bagi-Ku. Belalang adalah satu jenis tentara dari tentara-tentara-Ku. Saya memberi kekuasaan atasnya kepada seseorang hari hamba-hamba-Ku.”

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan sebuah kepercayaan atau kisah tentang belalang yang membawa pesan ilahi. Disebutkan bahwa terdapat tulisan dalam bahasa Suryani (bahasa kuno yang digunakan di wilayah Suriah dan sekitarnya) di tubuh belalang yang menyatakan keesaan Allah. Tulisan itu menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan tanpa sekutu, dan belalang diidentifikasi sebagai bagian dari "tentara-tentara" Allah, yaitu makhluk yang dapat diperintahkan oleh-Nya.

Kata-kata sufi di atas juga menjelaskan bahwa Allah memiliki kekuasaan mutlak atas semua makhluk-Nya, termasuk belalang, dan Dia dapat mengarahkan makhluk tersebut untuk menjalankan kehendak-Nya terhadap manusia. Kata-kata sufi di atas juga mengingatkan bahwa bahkan makhluk kecil seperti belalang adalah bagian dari rencana dan kekuasaan Allah, dan dapat menjadi alat untuk menyampaikan kehendak-Nya kepada manusia, mengajarkan tentang keesaan dan kedaulatan Allah atas seluruh alam semesta.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Pentingnya Kesunyian dan Introspeksi Diri

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang pentingnya kesunyian dan introspeksi diri, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

أَفْضَلُ الْمَجَالِسِ مَجْلِسٌ فِى قَعْرِ بَيْتِكَ , لَا تَرَى وَلَا تُرَى

Majelis-majelis yang paling utama adalah majelis di lubang rumahmu, yang mana kamu tidak melihat dan tidak dilihat.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan pentingnya kesunyian dan introspeksi dalam kehidupan spiritual dan pribadi. "Majelis-majelis yang paling utama" merujuk pada pertemuan atau sesi perenungan yang paling bernilai. Dia menyarankan bahwa tempat yang paling ideal untuk itu adalah di "lubang rumahmu," yang bisa diartikan sebagai ruang pribadi atau tempat tersembunyi di rumah di mana seseorang bisa berada sendirian.

Frasa "kamu tidak melihat dan tidak dilihat" menunjukkan pentingnya kondisi di mana seseorang tidak terganggu oleh pandangan orang lain atau oleh hal-hal eksternal. Ini adalah momen kesendirian yang mendalam, di mana seseorang bisa merenung, berdoa, atau mendekatkan diri kepada Allah tanpa gangguan.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Kemunduran Intelektualitas di Masa Depan

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang kemunduran intelektualitas di masa depan, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يُعْرَجُ فِيْهِ بِعُقُوْلِهِمْ حَتَّى لَا تَجِدَ أَحَدًا ذَا عَقْلٍ

Akan datang suatu zaman kepada manusia, mereka diangkat naik dengan akal mereka sehingga tidak tersisa seorang pun yang mempunyai akal.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan sebuah proyeksi masa depan di mana kondisi intelektual manusia mengalami kemunduran drastis. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa akan ada periode di mana kemampuan akal atau pemikiran manusia menjadi sangat rendah, hingga tidak ada lagi individu yang memiliki kecerdasan atau kebijaksanaan yang memadai.

"Akan datang suatu zaman kepada manusia" menunjukkan bahwa ini adalah ramalan tentang masa depan. "Mereka diangkat naik dengan akal mereka" mungkin mengacu pada situasi di mana orang-orang mendapatkan kedudukan atau pengakuan berdasarkan kemampuan intelektual, tetapi ironisnya, pada akhirnya, "tidak tersisa seorang pun yang mempunyai akal." Ini mengindikasikan bahwa meskipun akal sempat dihargai atau digunakan, akhirnya tidak ada individu yang benar-benar memahami atau menggunakan akalnya dengan baik.

Kata-kata sufi di atas mengingatkan tentang potensi penurunan kualitas intelektual dan kebijaksanaan di masa depan, serta pentingnya menjaga dan mengembangkan kemampuan akal.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Pentingnya Membantu Orang Lain

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang pentingnya membantu orang lain, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

لَئِنْ أَعُوْلَ أَهْلَ بَيْتٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ شَهْرًا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ حَجَّةٍ بَعْدَ حَجَّةٍ

Tentu saja, saya membantu sebuah keluarga kaum muslim selama satu bulan lebih saya senangi dari pada melakukan haji demi haji.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan pentingnya membantu sesama dalam komunitas, khususnya dalam konteks keluarga kaum muslim. Penulis mengungkapkan bahwa membantu sebuah keluarga muslim selama lebih dari satu bulan merupakan tindakan yang lebih berharga bagi mereka dibandingkan melakukan haji berkali-kali.

Kalimat "saya senangi dari pada melakukan haji demi haji" menunjukkan bahwa penulis merasa bahwa tindakan konkret membantu keluarga dalam waktu yang lama memberikan manfaat dan kepuasan yang lebih besar daripada melakukan ritual ibadah haji berulang kali. Ini menyoroti nilai praktis dan sosial dari bantuan langsung kepada orang-orang yang membutuhkan, serta menganggap bahwa tindakan ini lebih bermanfaat secara spiritual dan sosial dibandingkan hanya melakukan ibadah ritual tanpa memberikan dampak nyata pada kehidupan orang lain.

Kata-Kata Sufi Abdullah bin Abbas Tentang Perubahan Nilai atau Karakter Manusia

Jika Anda ingin tahu kata-kata sufi Abdullah bin Abbas tentang pandangan tentang perubahan nilai atau karakter manusia, perhatikan kata-kata sufi di bawah ini!

ذَهَبَ النَّاسُ وَبَقِيَ النَّسْنَاسُ . قِيْلَ : مَا النَّسْنَاسُ ؟ قَالَ : الَّذِيْنَ يُشْبِهُوْنَ النَّاَس وَلَيْسُوْا بِالنَّاسِ

Manusia telah pergi dan tersisa manusia-manusiaan. Ditanyakan, “Apa itu manusia-manusiaan?” Dia menjawab, “Orang-orang yang menyerupai manusia tapi mereka bukan manusia.

Dalam kata-kata sufi di atas, Abdullah bin Abbas menjelaskan pandangan tentang perubahan nilai atau karakter manusia dalam suatu periode tertentu. "Manusia telah pergi dan tersisa manusia-manusiaan" berarti bahwa orang-orang yang sebenarnya memiliki kualitas kemanusiaan sejati telah menghilang atau tidak lagi ada.

Ketika ditanyakan "Apa itu manusia-manusiaan?" jawabannya adalah "Orang-orang yang menyerupai manusia tapi mereka bukan manusia." Ini menggambarkan keadaan di mana ada individu yang secara fisik terlihat seperti manusia, tetapi tidak menunjukkan sifat atau karakter yang seharusnya dimiliki oleh manusia, seperti integritas, empati, dan moralitas.

Dengan kata lain, meskipun secara fisik mereka adalah manusia, mereka tidak memiliki esensi atau nilai-nilai kemanusiaan yang sebenarnya. Kata-kata sufi di atas menyoroti kemunduran dalam sifat-sifat kemanusiaan sejati dan bagaimana hal tersebut berdampak pada masyarakat.

Itulah kata-kata sufi Abdullah bin Abbas dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Apakah Anda paham? Jika Anda punya pertanyaan, silahkan menuliskannya di kolom komentar.

Saya kira cukup sekian untuk artikel ini. Semoga bermanfaat. Amin.

Sampai jumpa lagi di artikel berikutnya!

0

Posting Komentar